
Penulis: Marshanda (Pemimpin Umum LPM Ukhuwah)
Hidup di Antara Sampah dan Sesuap Nasi
Di sebuah kampung pesisir, tepatnya di Kelurahan 3 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, percakapan sehari-hari warga hampir selalu berputar pada dua hal: sampah dan sesuap nasi. Dua kata sederhana, tapi merefleksikan persoalan besar tentang keterbatasan fasilitas, inisiatif warga, dan absennya solusi nyata dari pemerintah.
Sampah yang Menjadi “Gunung”
“Hampir seluruhnya warga di sini buang sampah ke pinggir laut,” ujar Evi, Ketua RT 50.
Lokasi itu seperti tempat pembuangan resmi, meski tanpa plang penanda. Plastik, sisa makanan, dan limbah rumah tangga menumpuk. Sebagian dibakar, sebagian lain dibiarkan menunggu hancur bersama tanah.
Namun kenyataannya, sampah itu jarang benar-benar hilang. “Kalau kering, panas, dibakar. Kalau basah, dibiarkan dulu,” jelas Evi saat ditemui di kediamannya, Sabtu (20/9/2025).
Pembakaran menjadi jalan pintas paling umum, meski warga sadar asapnya membuat udara sesak.
Evi pun menyelipkan kritik:
“Kalau pemerintah pasang denda, larangan, itu bukan solusi. Masyarakat harus diajak ngomong, diajak cari jalan keluar. Kalau cuma dilarang, ke mana kami harus buang sampah?,” tegasnya.

Upaya Kecil dari Warga
Meski resah, warga tak tinggal diam. Ada yang membuat kotak sampah dari semen secara swadaya, ada pula yang memanfaatkan sampah organik untuk pupuk. Namun, upaya itu sering terhenti di tengah jalan karena keterbatasan biaya dan tenaga.
Ekonomi dari Daun Nipah
Di sisi lain, denyut ekonomi kecil tetap berusaha bertahan. Warga memanfaatkan daun nipah kering untuk dianyam menjadi sapu. Bahan baku diambil dari jalur, lalu dijual Rp5.000 per ikat. Setelah dirangkai menjadi kerajinan sederhana, sapu itu dijual sekitar Rp7.000.
“Agen kadang ambil murah, cuma Rp3.000–Rp5.000. Kalau jual sendiri bisa lebih. Tapi kadang kita butuh cepat, jadi dijual ke agen saja,” ungkap Indrawati, salah satu pengrajin anyaman.
Meski hasilnya tak seberapa, kerajinan tangan ini menjadi penopang hidup, untuk biaya sekolah anak, belanja dapur, hingga sedikit tabungan.
Suara yang Tersisa
Dari obrolan panjang warga, terlihat jelas keresahan yang sama. Sampah semakin menumpuk, solusi pemerintah minim, sementara ekonomi warga bertahan dengan cara-cara tradisional.

Di balik gunungan sampah, lahirlah sapu-sapu buatan tangan yang dijual murah. Ironis alat pembersih itu justru lahir dari lingkungan yang kotor.
“Kalau pemerintah cuma bikin aturan tanpa dengar suara warga, masalah nggak selesai. Harus ada solusi bareng,” tegas Indrawati.
Editor: Vivin Noor Azizah
About Post Author
Vivin Noor Azizah
More Stories
WPS Fair 2025: Rayakan Kreativitas Tanpa Batas di Era Digital Jurnalistik
[caption id="attachment_4765" align="aligncenter" width="2560"] Pengunjung mengamati karya foto pemenang pertama milik Alexandra Naflah (foto bagian atas) tentang pertemuan teknologi dan...
Hemat Energi Lewat Pemanfaatan Panel Surya
[caption id="attachment_4756" align="aligncenter" width="1600"] Abadi, seorang pengemudi perahu di Sungai Musi, memperlihatkan panel surya yang ia gunakan untuk menunjang aktivitas...
Menerangi Sumatera Selatan dengan Isu Transisi Energi Berkeadilan
[caption id="attachment_4717" align="aligncenter" width="1600"] “Dicky Edwin Hindarto, Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, menjelaskan transisi energi berkeadilan dari fosil ke energi...
Belajar Literasi di Perpustakaan Tanpa Buku SMK Negeri 8 Palembang
[caption id="attachment_4667" align="aligncenter" width="2172"] Siswi menunjukkan koleksi dari perpustakaan luar ruangan di SMK Negeri 8 Palembang, Sabtu (27/09/2025). Ukhuwahfoto/Rani Dwi...
Festival Tani Upayakan Isu Agraria jadi Sorotan Serius
[caption id="attachment_4663" align="aligncenter" width="2038"] Sejumlah aktor menampilkan pertunjukan "TAH TANAH" dari Teater Arafah pada Festival Tani di Rumah Sintas, Minggu (27/09/2025)....
Pasar Cinde Jadi Surga Batu Cincin dengan Harga Beragam
[caption id="attachment_4627" align="aligncenter" width="1086"] pedagang menyelesaikan pola batu akik di Pasar cinde kota palembang, Minggu (21/09/2025). Ukhuwahfoto/RaniDwioktafidiya[/caption] Palembang-Ukhuwahnews| Pasar Cinde...

Average Rating