Read Time:53 Second
Ukhuwahfoto/Rani Dwi Oktafidiya

Penulis: Rani Dwi Oktafidiya

Mungkin pada akhirnya,
Bukan dunia yang paling jahat padaku
Bukan takdir, cinta dia atau mereka tapi aku
Aku yang tau, tapi tetap tinggal.

Aku yang sadar, tapi memilih percaya
Aku yang gemetar, tapi memaksa tetap mencintai.
Aku, tangan yang menulis skenario pahit ini
Tangan yang membuka pintu bagi luka-luka yang kupeluk sendiri dengan paksa.

Bahwa bertahan
Bentuk dari kesetiaan yang paling mulia
Tapi nyatanya, membuatku
Dikubur hidup-hidup.

Bertahan membuat aku seperti boneka
Yang dibiarkan rusak sedikit demi sedikit.
Tidak ada yang memaksaku
Tidak ada yang menjeratku.

Aku yang menggenggam sendiri pisau itu
Menusuknya pelan ke dadaku
Berharap ia berubah menjadi bunga
Padahal sejak awal ia adalah racun

Aku ingin memaafkan, tapi
Yang harus dimaafkan bukan dia tapi aku
Aku yang ditikam berkali- kali
Masi menyiapkan perban buat dia

Jika suatu hari aku terlihat kuat.
Percayalah itu bukan karena aku sembuh
Tapi karena aku sudah sangat kecewa
Berharap ada yang datang menyelamatkan.

Palembang, 23 Juni 2025

Editor: Vivin Noor Azizah

About Post Author

Vivin Noor Azizah

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
100 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Ringankan Beban Orang Tua, Desa Parit Bagikan Alat Tulis untuk Anak Sekolah
Next post Camat dan Kepala Desa Ulak Bedl, Sambut Hangat Mahasiswa KKN