Read Time:2 Minute, 18 Second
Siswi menunjukkan koleksi dari perpustakaan luar ruangan di SMK Negeri 8 Palembang, Sabtu (27/09/2025). Ukhuwahfoto/Rani Dwi Oktafidiya

Palembang – Ukhuwahnews | Di halaman Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Palembang, berdiri deretan etalase berisi benda-benda unik. Mesin tik lawas, alat masak tradisional, komputer generasi awal, hingga dokumentasi karya siswa saat pandemi Covid-19. Namun jangan salah, ini bukan museum. Inilah perpustakaan luar ruangan milik sekolah kejuruan tersebut, perpustakaan tanpa buku yang justru jadi pusat literasi baru.

Kepala SMK Negeri 8 Palembang, Rafli, mengatakan gagasan ini sudah digarap sejak 2022, tak lama setelah ia menjabat, tujuannya sederhana menghadirkan literasi yang lebih luas dari sekadar membaca.

“Perpustakaan ini bukan hanya soal buku, kami ingin siswa bisa belajar dari perjalanan teknologi, karya masyarakat, hingga pengalaman nyata. Literasi itu kan bukan cuma teks, tapi juga cara memahami zaman,” kata Rafli pada Sabtu (27/09/2025).

Koleksinya beragam, ada jejak perjuangan sekolah saat terlibat dalam gerakan peduli Covid-19, ada pula hasil kerajinan kearifan lokal masyarakat yang dikumpulkan bersama guru, pegawai, siswa, bahkan dukungan dari beberapa bank. Semuanya ditata sesuai konsentrasi keahlian jurusan di SMK Negeri 8 Palembang.

Baca juga: Festival Tani Upayakan Isu Agraria jadi Sorotan Serius

Sentuhan Nyata di Tiap Jurusan

Bagi siswa, cara belajar ini terasa menyenangkan. Siti al zahwa ramadan, siswi kelas XI Usaha Layanan Wisata, mengaku jadi lebih mudah memahami pelajaran.

“Barang-barangnya dikelompokkan sesuai jurusan, di setiap barang memiliki barcode (kode batang) yang menjelaskan barang tersebut,” ujarnya.

Di jurusan perhotelan, bisa lihat langsung perlengkapan layanan kamar dan restoran. Jurusan kuliner punya koleksi alat masak tradisional sampai modern, jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ada perangkat jaringan komputer, dan untuk akuntansi ada alat-alat yang biasa dipakai di lembaga keuangan.

Menurut Siti, perpustakaan ini membuat literasi terasa nyata. Biasanya literasi identik dengan membaca buku.

“Jadi lebih gampang paham, apalagi buat anak SMK yang memang terbiasa praktik,” tambahnya.

Mengubah Wajah Literasi

Inovasi perpustakaan luar ruangan ini, seolah mengingatkan bahwa literasi di Indonesia perlu didefinisikan ulang. Di tengah tantangan rendahnya minat baca, cara belajar berbasis pengalaman langsung bisa menjadi pintu baru.

Bukan hanya siswa yang diuntungkan, guru dan pegawai sekolah juga kerap terlibat dalam menambah koleksi atau memberi penjelasan saat siswa berkunjung. Perpustakaan akhirnya menjadi ruang kolaborasi, bukan sekadar ruang sunyi dengan rak buku berdebu.

Harapan Rafli terciptanya perpustakaan ini, ingin para siswanya dapat meningkatkan minat baca dan literasi.

“Semoga perpustakaan ini bisa menumbuhkan minat literasi, sekaligus mendorong siswa untuk terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi terbaru,” harapnya.

Di tengah gempuran gawai dan arus informasi instan, upaya SMK Negeri 8 Palembang ini menjadi oase literasi bukan lagi soal seberapa banyak halaman yang dibaca, tetapi seberapa dalam generasi muda memahami, merasakan, dan mengolah pengetahuan yang mereka temui setiap hari.

Reporter: Marshanda
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Festival Tani Upayakan Isu Agraria jadi Sorotan Serius
Next post Fakta pahit MBG tetap jalan Meski Banyak Murid keracunan