
Palembang-Ukhuwahnews | Salah satu Sentra pengrajin tempe tertua di Palembang giat produksi sebanyak 45 kilogram tempe perharinya, di Jalan Asia Kecamatan Plaju, Rabu (09/07/2025).
Dalam Kampung Tempe terdapat total 24 rumah produksi yang memproduksi tempe dalam puluhan kilo setiap harinya. Proses pembuatannya mulai dari penggilingan kedelai, perebusan, pencucian, serta pengemasan.
Pengrajin tempe, Muhammad Yuliadi Yusuf mengatakan produksi dilakukan dalam jangka waktu beberapa hari hingga akhirnya dapat dijual.
“Kira-kira paling lama bisa empat hari prosesnya untuk jadi tempe,” kata Adi.
Baca juga:Â Festival Bulan Juni, Tayangkan Film Dokumenter Suarakan Kesulitan Masyarakat Desa Sei Sembilang
Selain itu, ia mengungkapkan setiap tahapan sangat diperhatikan agar hasil produksi tempe tidak gagal.
“Direbusnya dua jam, direndam seharian. Lalu dicuci bersih, setelah itu disiram air hangat, tunggu sampai 40 menitan,” ungkapnya ketika diwawancarai di rumah produksi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kepadatan tempe tergantung pada ragi yang diberikan, namun menyesuaikan cuaca ketika produksi juga.
“Sedikit aja raginya sekitar empat sendok untuk 45 kg kedelai, karena tempe harus tetap hangat supaya padat sempurna, kalau cuaca dingin, raginya ditambahi lagi,” jelasnya.
Setelah semua tahapan dilalui hingga pengemasan, tempe siap dijual ke pasar atau menerima pesanan dari luar.
“Biasanya ke pasar dijual perbungkus 2 ribu rupiah, tapi nerima pesenan juga kalau jumlahnya banyak. Malah kadangan ada pembeli datang langsung ke sini,” ucapnya.
Tak hanya proses produksi yang diperhatikan, tetapi limbah kedelainya juga tidak dibuang secara sembarangan guna mengantisipasi pencemaran lingkungan.
“Airnya bening bersih, tidak mencemari, dan ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) juga. Kalau ampasnya ini biasa kami alihkan untuk pakan kambing dan sapi,” tegas Adi.
Pengrajin tempe menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku dalam membuat tempe, karena kualitasnya yang dianggap lebih bagus dibandingkan kedelai lokal.
Reporter: Nabilla Kartika Wiranti
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi
About Post Author
Ahmad Hafiizh Kudrawi
More Stories
Ghompok: Dari Foto Galeri Menjadi Karya
[caption id="attachment_3909" align="alignnone" width="1280"] Kumpulan karya buku foto, saat acara presentasi publik photo zine workshop di sekretariat ghompok, Minggu (13/07/2025)....
Minuman Herbal Bunga Telang, Produk Hasil Budidaya dari Kampung Kreatif Sugi Waras
[caption id="attachment_3905" align="alignnone" width="1280"] Bunga telang merupakan Tanaman herbal yang tumbuh subur menghiasi area halaman rumah warga, Kamis(10/07/2025). Ukhuwahfoto/Kgs M...
Buku Bekas, Ilmu Tak Usang: Penjual Buku Loak di Sudut kota Palembang
Palembang – Ukhuwahnews | Meski era digital makin berkembang, Abu Usman tetap setia menjual buku bekas di lapaknya di Jalan...
Aktivitas Pertanian Hidroponik: Dari Nutrisi hingga Produksi
Palembang—Ukhuwahnews| Praktik pertanian hidroponik kini menjadi pilihan alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan sehat masyarakat kota. Salah satunya adalah kebun hidroponik...
Festival Bulan Juni, Tayangkan Film Dokumenter Suarakan Kesulitan Masyarakat Desa Sei Sembilang
[caption id="attachment_3738" align="aligncenter" width="2400"] Potret para pembicara Yui Zahana (kiri), Dinar Try Akbar (kedua dari kiri), Christin Monika (kedua dari...
Mahasiswa UIN Raden Fatah Lakukan Inovasi Pembelajaran Al-Qur’an Digital
[caption id="attachment_3679" align="aligncenter" width="1280"] Dok/Mahasiswa KKN UIN Raden Fatah[/caption] Pagar Alam - Ukhuwahnews | Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang yang...
Average Rating