Read Time:1 Minute, 37 Second
Susunan produk tempe yang telah dipadatkan dan siap dijual, di Kampung Tempe Jalan Asia Kecamatan Pelaju, Palembang, Rabu (09/07/2025). Ukhuwahfoto/Ahmad Hafiizh Kudrawi

Palembang-Ukhuwahnews | Salah satu Sentra pengrajin tempe tertua di Palembang giat produksi sebanyak 45 kilogram tempe perharinya, di Jalan Asia Kecamatan Plaju, Rabu (09/07/2025).

Dalam Kampung Tempe terdapat total 24 rumah produksi yang memproduksi tempe dalam puluhan kilo setiap harinya. Proses pembuatannya mulai dari penggilingan kedelai, perebusan, pencucian, serta pengemasan.

Pengrajin tempe, Muhammad Yuliadi Yusuf mengatakan produksi dilakukan dalam jangka waktu beberapa hari hingga akhirnya dapat dijual.

“Kira-kira paling lama bisa empat hari prosesnya untuk jadi tempe,” kata Adi.

Baca juga: Festival Bulan Juni, Tayangkan Film Dokumenter Suarakan Kesulitan Masyarakat Desa Sei Sembilang

Selain itu, ia mengungkapkan setiap tahapan sangat diperhatikan agar hasil produksi tempe tidak gagal.

“Direbusnya dua jam, direndam seharian. Lalu dicuci bersih, setelah itu disiram air hangat, tunggu sampai 40 menitan,” ungkapnya ketika diwawancarai di rumah produksi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kepadatan tempe tergantung pada ragi yang diberikan, namun menyesuaikan cuaca ketika produksi juga.

“Sedikit aja raginya sekitar empat sendok untuk 45 kg kedelai, karena tempe harus tetap hangat supaya padat sempurna, kalau cuaca dingin, raginya ditambahi lagi,” jelasnya.

Setelah semua tahapan dilalui hingga pengemasan, tempe siap dijual ke pasar atau menerima pesanan dari luar.

“Biasanya ke pasar dijual perbungkus 2 ribu rupiah, tapi nerima pesenan juga kalau jumlahnya banyak. Malah kadangan ada pembeli datang langsung ke sini,” ucapnya.

Tak hanya proses produksi yang diperhatikan, tetapi limbah kedelainya juga tidak dibuang secara sembarangan guna mengantisipasi pencemaran lingkungan.

“Airnya bening bersih, tidak mencemari, dan ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) juga. Kalau ampasnya ini biasa kami alihkan untuk pakan kambing dan sapi,” tegas Adi.

Pengrajin tempe menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku dalam membuat tempe, karena kualitasnya yang dianggap lebih bagus dibandingkan kedelai lokal.

Reporter: Nabilla Kartika Wiranti
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

 

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Ampas Kota
Next post Yuk Melek Keuangan! Mahasiswa KKN UIN Raden Fatah Palembang Sukseskan Sosialisasi di Tanjung Raja Selatan