
Palembang – Ukhuwahnews | Ikatan Mahasiswa Seni Fakultas Ekonomi (IMASFEK) Universitas Sriwijaya (Unsri), menggelar ngobrol dan nonton bersama (nobar) film Bumi Manusia dalam rangka memperingati 100 abad Pramoedya Ananta Toer di Kopi Lawas pada Sabtu, (15/02/2025).
Film Bumi Manusia diangkat dari sebuah buku yang berjudul “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Film ini mencerikan kisah Minke dengan berbagai konflik yang dihadapi pada masanya.
Baca juga: Darurat! Pendidikan dan Kesehatan Terancam
Jurnalis Arie Priyanto mengatakan Film Bumi Manusia telah memberikan banyak ilustrasi kepada penonton lewat pertunjukan adegan pemain yang ditampilkan.
“Film ini memiliki konsep ruang dan waktu yang sudah diperkirakan oleh penulis, mulai dari tata bangunan, properti hingga cara mereka berpakaian sangat diperhatikan,” katanya.
Arie juga menjelaskan jika memenuhi kriteria penonton tentu sangat berat, karena sutradara film harus melakukan riset terlebih dahulu.
“Bahkan dari segi pewarna harus diperhatikan. Film ini berwarna kuning agar pembaca dapat merasakan kesedihan Nyai dan Minke saat ditinggalkan Annallies,” jelasnya.
Selanjutnya ia menuturkan pemilihan angle dan kamera sangat berpengaruh dalam penampilan sebuah film.
“Film yang bagus itu harus memiliki citra dan realita yang tinggi, sehingga penonton bisa masuk ke dalam sebuah adegan yang disajikan,” tuturnya.
Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi (Ilkom) Unsri, Eko Febryan menyampaikan, dalam film Bumi Manusia ada beberapa hal yang menarik untuk disoroti lebih lanjut.
“Yang menarik dari film Bumi Manusia ini, kita harus melihat sejarah di balik film ini berlangsung, dan mengapa ada adegan yang ditekan di sana bukan hanya dari segi konflik saja,” ucapnya.
Terakhir, Eko juga mengkritik pemeran film Bumi Manusia yaitu Iqbaal Ramadhan, memerankan sosok Minke yang menurutnya gagal untuk menghidupkan emosi dan kesedihannya.
“Seharusnya Iqbaal harus melakukan riset secara mendalam mengenai sosok Winke terlebih dahulu, dan harus berusaha untuk melakukan peralihan dari film-film sebelumnya,” tutupnya.
Reporter: Astridda Rochmah
Editor: Annisaa Syafriani
More Stories
Menerangi Sumatera Selatan dengan Isu Transisi Energi Berkeadilan
[caption id="attachment_4717" align="aligncenter" width="1600"] “Dicky Edwin Hindarto, Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, menjelaskan transisi energi berkeadilan dari fosil ke energi...
Belajar Literasi di Perpustakaan Tanpa Buku SMK Negeri 8 Palembang
[caption id="attachment_4667" align="aligncenter" width="2172"] Siswi menunjukkan koleksi dari perpustakaan luar ruangan di SMK Negeri 8 Palembang, Sabtu (27/09/2025). Ukhuwahfoto/Rani Dwi...
Festival Tani Upayakan Isu Agraria jadi Sorotan Serius
[caption id="attachment_4663" align="aligncenter" width="2038"] Sejumlah aktor menampilkan pertunjukan "TAH TANAH" dari Teater Arafah pada Festival Tani di Rumah Sintas, Minggu (27/09/2025)....
Pasar Cinde Jadi Surga Batu Cincin dengan Harga Beragam
[caption id="attachment_4627" align="aligncenter" width="1086"] pedagang menyelesaikan pola batu akik di Pasar cinde kota palembang, Minggu (21/09/2025). Ukhuwahfoto/RaniDwioktafidiya[/caption] Palembang-Ukhuwahnews| Pasar Cinde...
Siti Aminah, Penjaga Tradisi Nipah di Tepi Sungai Musi
[caption id="attachment_4623" align="aligncenter" width="1600"] Pengrajin mengikat daun nipah kering yang akan dijadikan rokok pucuk nipah di Kampung Anyaman 3/4 Ulu,...
Anyaman Daun Nipah dan Tumpukan Sampah di Baliknya
[caption id="attachment_4604" align="aligncenter" width="2048"] Limbah dari kerajinan daun nipah di kampung Anyaman 3/4 Ulu. Sabtu, (20/09/2025). Ukhuwahfoto/Ranidwioktafidiya.[/caption] Penulis: Marshanda (Pemimpin...
Average Rating