Read Time:3 Minute, 43 Second
Sumber/Freepik

Penulis: Lupi Wahyuni (Anggota Magang LPM Ukhuwah)

Opini – Ukhuwahnews | Dalam era digitalisasi yang semakin berkembang pesat, dakwah tidak lagi terbatas pada ruang fisik mimbar masjid, tetapi juga telah meluas ke media digital.

Dakwah digital merupakan fenomena baru yang melibatkan penggunaan teknologi dan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan agama, sedangkan dakwah mimbar merupakan dakwah konvensional yang sampai sekarang masih eksis keberadaannya.

Baca juga: Arbitrase dan Bayang-bayang Privatisasi keadilan

Menurut Ustadz Adi Hidayat, majelis ilmu itu sekarang tidak hanya di masjid, tetapi majelis ilmu juga bisa di lakukan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram dan YouTube karena plaform ini menjadi sarana untuk mendapatkan ilmu agama.

Beliau menekankan pentingnya memiih mejelis ilmu yang benar, baik secara fisik maupun virtual, yang bisa meningkatkan iman dan ilmu, serta membimbing kearah yang benar.

Dulu, dakwah biasanya terbatas pada ceramah, pengajian, di dalam masjid. Namun, dengan kemajuan teknologi digital. Berbagai platform media sosial, situs web, podcast, video online, dan aplikasi pesan instan telah menjadi sarana yang populer untuk menyebarkan pesan dakwah kepada jamaah dan audiens yang lebih luas.

Penggunaan teknologi digital dalam dakwah membuka peluang baru untuk menyebarkan pesan agama secara lebih efektif dan efisien. Misalnya, melalui media sosial, seorang dai atau pendakwah dapat menjangkau ribuan atau bahkan jutaan orang dalam waktu singkat.

Hal ini memungkinkan pesan dakwah untuk mencapai audiens yang lebih beragam secara geografis dan kultural.

Dakwah digital saat ini menjadi tuntutan dan tren baru karena masyarakat terutama generasi muda, cenderung mencari pengetahuan keagamaan melaluimedia baru.

Podcast menjadi salah satu media yang banyak diminati saat ini, karena memiliki sifat fleksibel dan dapat diakses dengan beragam platform.

Kalangan yang mengikuti dakwah digital sangat beragam, tetapi studi dan riset menunjukkan bahwa generasi muda (milenial dan Gen z) adalah audiensi yang paling menonjol dan menjadi target utama para dai.

Survei perusahaan riset dan analisis global, YouGov, menyebutkan, 81 persen masyarakat Indonesia aktif di media sosial. Pengguna medsos itu didominasi oleh generasi Z, kelahiran 1997-2012.

General Manager YouGov Indonesia & India Edward Hutasoit mengatakan, gen Z merupakan superkonsumen media di Tanah Air. Sebanyak 48 persen gen Z menggunakan media dengan berbagai platform 1-5 jam per hari.

”Sebanyak 60 persen dari pengguna medsos itu adalah gen Z. Jadi, ini benar-benar makanan gen Z,” ujarnya dalam temu media ”Indonesia Media Consumption Report 2025” yang digelar secara daring, Kamis (28/8/2025).

Laporan ini disusun berdasarkan data dari YouGov Surveys dan YouGov Profiles yang dilakukan pada 16 April-13 Mei 2025. Survei memakai sampel daring yang mewakili populasi nasional dengan lebih dari 1.000 responden Indonesia, termasuk gen Z.

Sebanyak 78 persen gen Z aktif menggunakan Youtube, dalam sebulan terakhir sehingga menjadi platform medsos yang paling disukai. Sementara pengguna Instagram mencapai 75 persen. Media Sosial (Medsos) paling populer berikutnya di kalangan gen Z adalah Tiktok (65 persen), Facebook (47 persen), dan X (44 persen).

Pada populasi yang lebih tua, penggunaan Youtube juga mendominasi dengan 84 persen. Selanjutnya diikuti Facebook dan Instagram dengan masing-masing 73 persen dan X sebanyak 30 persen

”Generasi tua memang lebih banyak masih menggunakan Facebook. Jumlah 73 persen itu lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang Indonesia (semua kelompok umur) yang menggunakannya, yaitu 61 persen,” ucapnya.

Banyak cara yang digunakan oleh para pendakwah media sosial, mereka tidak hanya berdakwah bil-kitabah ataupun bil-kalam tapi juga menggunakan metode audio visual gambar, suara ataupun ceramah hal ini tergantung pada Passion atau trend masa kini.

Konsep inilah yang menarik sehingga membuat jumlah followers dari hari kehari semakin bertambah dan tersebar luas dari seluruh penjuru baik kalangan anak-anak, remaja sampai kalangan dewasa dan orang tua.

Peran dakwah digital dalam masyarakat saat ini adalah bisamencapai audiens yang luas dengan tingkat penyebaran pesan yangcepat tanpa berbatas ruang dan waktu melalui media yang beragam seperti teks, gambar, audio, video dan animasi hingga bisa memenuhi kebutuhan beragam dari audiens dalam menerima pesan dakwah.

Dakwah digital juga membuka ruang seluas-luasnya untuk interaksidua arah, memungkinkan penceramah dan audiens bisa diskusi, pertukaran ide, mengklarifikasi pemahaman sampai membangun koneksi yang lebih dekat dengan audiens.

Perlu dingat, jika dakwah secara keseluruhan baik digitalmaupun mimbar merupakan tanggung jawab besar. Untuk itu parada’i, penceramah, ustadz ataupun pembuat konten dakwah harus mengupayakan berbagai pendekatan bijaksana, inklusif serta mengandung ilmu atau ilmiah.

Dakwah damai, harus mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW, serta bersikap toleran dan memahami konteks sosial disekelilingnya. Hingga pada akhirnya dakwah menjadi sarana yang positif untuk membawa kemaslahatan dan memperkuat hubungan sesama manusia.

Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Yudisium ke-53 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang Kukuhkan 74 Peserta
Next post Academic Clinic 3.0 Festival Edition Memberikan Wadah Kreativitas dan Penguatan Literasi Mahasiswa