
Penulis: Manda Dwi Lestari
Debu yang tak fana
Berterbangan hingga ke udara
Tanah menyambut kedatangannya
Tapi lupa caranya berpamitan pulang
Dan laut, menjadi penuh warna
Beragam corak mengapung di perut ikan.
Kau gunakan setiap hari
Kau buang jika tak terpakai lagi
Seperti janji penguasa, selalu ada
Tapi tak menyembuhkan luka bumi.
Baca juga:Â Ampas Kota
Lalu, mengapa kau heran?
Saat air hujan tak lagi membawa berkah
Banjir menghantam dan sungai menghitam.
Bumi tak butuh musuh untuk hancur
Cukup teman yang menusuk
Selalu membuat luka, tapi tak membusuk.
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi
About Post Author
Ahmad Hafiizh Kudrawi
More Stories
Ampas Kota
[caption id="attachment_3853" align="aligncenter" width="1599"] Ukhuwah Desain/Silvia Ananta[/caption] Penulis: Vitria Isabella Kota ini tak tidur, ia menggeliat dalam gaduh asap pekat...
Matinya Hati, Dalam Jasad yang Hidup.
[caption id="attachment_3795" align="aligncenter" width="279"] Ukhuwahfoto/Rani Dwi Oktafidiya[/caption] Penulis: Rani Dwi Oktafidiya Mungkin pada akhirnya, Bukan dunia yang paling jahat padaku...
Blue Hour
[caption id="attachment_3695" align="aligncenter" width="1600"] Ukhuwahfoto/Marsya Dwi Rismanda[/caption] Penulis: Marsya Dwi Rismanda Hujan bulan Juni, karya Pak Sapardi menyeruak dalam pertengahan...
Puisi : Selembar Kupon di Hari Kemenangan
[caption id="attachment_3602" align="aligncenter" width="736"] Sumber : Ahmed Javaid/Pinterest[/caption] Penulis: Astridda Rochmah Lebaran memang saatnya bagi-bagi, tapi bukan cuma angpau atau...
Puisi : Aku Masih Perlu Ibu
[caption id="attachment_3460" align="aligncenter" width="1921"] Ukhuwah Desain/Mohamad Shabir Al Fikri[/caption] Penulis : Marsya Dwi Rismanda Bulan berganti tahun. Aku terbenam dengan...
Puisi : Janji di Ujung Kapur
[caption id="attachment_3391" align="aligncenter" width="640"] Sumber : Pngtree/Pinterest[/caption] Penulis: Sri Wahyuni Kapur yang digenggam mulai menipis, seperti harap yang perlahan terkikis...
Average Rating