Read Time:50 Second
Ukhuwahfoto/Manda Dwi Lestari

Penulis: Manda Dwi Lestari

Biru tak lagi ada, kelabu panjang berbagai racun menyiksa
Sepanjang perjalanan terdengar jeritan yang tak pernah tidur
Tanah semakin tertutup, disentuh percikan fragmen kemajuan
Banyak benteng kekuasaan, lebih tinggi dari pohon yang tumbuh.

Di sinilah, sebuah asa di tanam megar dengan mudita
Yang datang singgah dalam episode kerberlanjutan hidup
Properti tas merah yang dikenakan berbentuk luruhnya hati
Berisikan bekal manis dan dituangkan air suci kehidupan akar.

Baca juga: Jasad

Minggu ke minggu, cukup lama putaran roda waktu
Bayang kenikmatan rasa meronta-ronta memanggil pilu
Penantian pulang menunggu, wujud antrian akhir tujuan.

Hati yang disiram kemandirian sejak dini semakin melayu
Pupuk kesepian berteman dekat dan hidup berdampingan
Hingga ketika akal diberi cahaya, terperangkap jua dalam elegi.

Ujian apalagi yang akan dihadapi dinanti?
Bahkan, dalam segi ekonomi pun tak sejajar dengan rumus kehematan.
Mereka bilang yang selesai boleh pulang, bukan?
Misterinya, pulang menunggu panggilan atau pulang menunggu kehilangan.

Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Pulang dengan Cerita: KKN UIN RF ke-83 Di Ogan Ilir Tinggalkan Desa Pengabdian
Next post Langkah Sehat, Harapan Kuat dalam Uji Publik Kelompok 3 Beasiswa YBM PLN