Read Time:2 Minute, 7 Second
Para narasumber berdiskusi publik di Gedung Perpustakaan Kampus B Jakabaring UIN Raden Fatah dengan tema ‘Tunggu Tubang Tidak Akan Pernah Tumbang’, Senin (15/09/2025). Ukhuwahfoto/Andika

UIN RF – Ukhuwahnews | Diskusi karya, Pameran foto, dan Pemutaran film “The Mother Earth” dengan judul “Tunggu Tubang Tak Akan Tumbang: Kedaulatan Pangan Berkelanjutan” karya Ghompok di Gedung Perpustakaan kampus B UIN Raden Fatah Palembang, Senin (15/09/2025).

Sutradara “The Mother Earth” Muhammad Tohir, menjelaskan bahwa titik awal penciptaan karya dengan pendekatan melalui foto sebelum menggarap karya film ini.

“Proses penciptaan karya bermula, ketika saya diajak memotret tentang tunggu tubang. Dari situasi ini, saya mulai dapat ide untuk menjadikan karya ini, tidak hanya visualisasi foto tapi juga film,” ucap Tohir.

Lalu, Tohir juga mengatakan banyak sekali yang didapat, dari hasil riset ke sana dengan salah satu tim risetnya yaitu aktris film itu sendiri, Eliana.

“Eliana ini, aktris sekaligus tim riset awal kami. Dari hasil riset, banyak belajar tentang bagaimana ketahanan pangan, tunggu tubang, mengelola mata air karena erat kaitannya dengan sumber kehidupan manusia,” ujar Tohir.

Baca juga: Dukung Transisi Energi, UIN Raden Fatah Bangun PLTS Kampus

Narasumber berikutnya sebagai Penulis Buku “Badah Puyang” dan salah satu jurnalis Tempo, Yuni Rahmawati mengungkapkan banyak sekali yang mendorong tunggu tubang terus terjaga hingga sekarang.

“Adanya tradisi yang mengikat adat ini terus berjalan. Berbagai tradisi di Semende, ialah pada proses penanaman padi yang hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun. Dengan melestarikan padi lokal, dan terbukti tidak pernah gagal panen,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Yuni menceritakan pemilihan waktu panen juga sangat penting, terhadap keberlangsungan sawah demi menafkahi keluarga satu tahun ke depan.

“Ajaran adat mereka, pemilihan waktu tanam tidak menggunakan kalender, tapi dengan melihat bulan. Mereka menanam di bulan Oktober, bertepatan dengan anak burung tidak berkeliaran. Makanya di film tadi, terlihat tidak ada orang-orang sawah biasanya kita lihat di lahan orang lain,” ucap Yuni.

Ia menjelaskan padi dinikmati bersama dan jika tidak ada kegunaan tertentu, maka padi akan disimpan ke tengkiang (tempat penyimpanan padi) untuk satu tahun ke depan.

“Tadi, ada pondokan di sawah namanya tengkiang. Padi tidak dinikmati sendiri, tapi diserahkan dengan sanak keluarga atau dipergunakan untuk membayar uang ngaji anak dengan beras,” jelas.

Terakhir, Tunggu Tubang generasi pertama, Eliana menyampaikan do’a dan harapannya untuk kelestarian tunggu tubang ke depan.

“Adat Tunggu Tubang sudah berjalan lama dan tidak akan pernah tumbang bagi kami semende. Semoga kami jeme Semende ni, tidak akan menumbangkan generasi Tunggu Tubang sehingga akan selalu ada untuk generasi selanjutnya,” pungkas Eliana.

Reporter: Manda Dwi Lestari                                                                                                                                                  Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Green Paradoks