
PALI-Ukhuwahnews | Tepat di tengah hari, aku mendatangi kediaman salah satu senior tarian Setambul Due, di sebuah rumah yang sederhana saya disambut hangat sambil mendengarkan kisah panjang, tarian Setambul Due merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Desa Sedupi dan tumbuh dari kisah nyata sebuah keluarga.
Akar cerita tarian ini bermula dari perjalanan hidup dua perempuan tangguh, yaitu Suhaina dan Amenah. Keduanya menikah di usia yang sangat muda, sekitar 12 hingga 14 tahun, namun tidak pernah merasakan kebahagiaan rumah tangga yang sesungguhnya.
Setelah baru beberapa tahun menikah, kedua suami mereka pergi merantau namun sampai saat ini tidak pernah kembali dan tidak jelas kabar pastinya.
Dalam kondisi tersebut, kedua ibu ini harus membesarkan enam orang anak tanpa bantuan suami. Mereka menjalani hidup dalam keterbatasan, bahkan sejak kecil sudah tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tua secara utuh.
Mereka juga tidak pernah merasakan pendidikan formal seperti anak-anak lain sejak kecil hingga remaja, mereka tidak mengenal bangku sekolah, huruf, ataupun membaca.
Namun, dari keterbatasan itulah muncul kekuatan luar biasa. Dua perempuan ini menjadi tulang punggung keluarga, bekerja keras untuk menyekolahkan adik-adiknya, menghidupi ibu mereka, dan mengatasi segala bentuk kesulitan hidup.
Dari perjalanan hidup yang berat dan penuh makna inilah lahir sebuah karya budaya bernama Tarian Setambul Due. Tarian ini bukan sekadar seni gerak, melainkan simbol dari keteguhan, ketabahan, dan perjuangan hidup perempuan.
Tarian ini kemudian diwariskan turun-temurun dalam lingkup keluarga, sebagai bentuk pengingat tentang kisah perjalsssssanan yang tidak mudah, namun sarat makna di setiap geraknya.
Seiring berjalannya waktu, detail sejarah tarian ini semakin kabur karena generasi tua termasuk nenek yang di sebutkan panggilan “Mak”, mereka telah meninggal dan tidak sempat memberi penjelasan lengkap.
Meski begitu, nilai dan makna yang terkandung di dalamnya tetap dipertahankan oleh para penerus. Tarian Setambul Due memiliki kedekatan makna dengan tari Si burung Putih, meskipun keduanya berbeda pada gerakan dan penekanan kisah.
Lain hal dengan tari Si burung Putih menggambarkan kemurnian hati dan kesabaran, maka Setambul Due lebih menonjolkan tema perjalanan hidup, nasib, dan ketegaran perempuan. Meski berbeda, keduanya memiliki pesan inti yang sama, yakni perjuangan hidup dan Masalah keluarga tidak boleh membuat seseorang berhenti melangkah.
Kelompok penari Setambul Due terdiri dari empat orang perempuan yang kini berusia antara 48 hingga 50 tahun. Mereka telah mengenal dunia tari sejak usia 8 tahun, dan sejak itu aktif tampil dalam berbagai acara desa maupun kabupaten.
Pada era tahun 1985 hingga 1990, tarian ini mencapai masa kejayaannya. Saat itu, mereka sering tampil di berbagai daerah seperti Pali, Muara Enim, hingga Pendopo. Pada masa tersebut, tarian ini selalu dinanti dalam setiap pagelaran budaya dan menjadi kebanggaan masyarakat.
Untuk penampilan, para penari biasanya mengenakan kebaya tradisional sebagai busana utama. Pada pementasan terakhir tahun 2024, kostum penari disediakan oleh kepala desa sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya lokal.
Namun, di tengah upaya mempertahankan tradisi, muncul tantangan besar minimnya penerus generasi muda.
“Gadis di dusun Ika dak galak belajo, dak tertarik oleh tarian e kuno,” tutur Suhaina.
Banyak gadis di desa yang tidak minat mempelajari tarian ini, karena merasa kurang tertarik pada budaya tradisional
Mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan gawai dibanding belajar menari. Meskipun para penari senior sudah beberapa kali mengajak generasi muda untuk belajar, hasilnya tetap mengecewakan.
Kondisi ini membuat tarian Setambul Due semakin jarang dipentaskan, bahkan terakhir kali ditampilkan pada tahun 2024 untuk saat ini sedang istirahat atau tidak diundang untuk tampil.
Dalam tradisi keluarga para penari, terdapat delapan jenis tarian yang diwariskan oleh para “Mak”, yaitu Si burung Putih, Setambul Due, Dana Palemban, Pedang Panjang, Nasip, Sayang Melayang, Nasip Adat, dan Nasip Melarat.
Namun seiring berjalannya waktu, hanya dua tarian yang bertahan dan masih sering ditampilkan, yaitu Siburung Putih dan Setambul Due. Kedua tarian inilah yang menjadi identitas utama keluarga dan desa sebagai wujud pelestarian budaya lokal.
Tarian Setambul Due bukan sekadar gerak tubuh. Ia adalah cerita panjang kehidupan, simbol perjuangan perempuan, dan warisan yang mencerminkan keteguhan hati. Di tengah tantangan zaman, tarian ini menjadi pengingat bahwa budaya lokal harus terus dijaga, dihargai, dan dilestarikan oleh generasi selanjutnya.
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi
About Post Author
Ahmad Hafiizh Kudrawi
More Stories
Sedupi Menangis di Balik Tarian: Siapa yang Akan Menari Setelah Kami?
[caption id="attachment_4883" align="aligncenter" width="1600"] Tiga Maestro penari Tari Si Burung Putih dan kain songket khas Palembang. Minggu, (16/112025) Ukhuwahfoto/Jimas Muamar[/caption]...
Hidup Petani di Sekitar PLTU Kian Terpuruk
[caption id="attachment_4846" align="aligncenter" width="1600"] Lahan petani yang berdekatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Keban Agung. Minggu (19/10/2025). Ukhuwahfoto/ Marshanda[/caption] Lahat...
Siti Aminah, Penjaga Tradisi Nipah di Tepi Sungai Musi
[caption id="attachment_4623" align="aligncenter" width="1600"] Pengrajin mengikat daun nipah kering yang akan dijadikan rokok pucuk nipah di Kampung Anyaman 3/4 Ulu,...
Aksi Demonstrasi Bukan Hanya Kerusuhan, Wujud Suarakan Kemanusiaan
[caption id="attachment_4466" align="aligncenter" width="1500"] Pengunjuk rasa masuk ke halaman gedung DPRD Sumsel, Senin (01/09/2025). Ukhuwahfoto/Al Dona[/caption] Penulis: Selo Obrian (Pengurus...
Menyusuri Warisan Tionghoa di Tepi Musi
[caption id="attachment_4373" align="aligncenter" width="1280"] Papan bertuliskan sejarah singkat berdirinya Kampung Kapitan yang berada di Kelurahan 7 Ulu Kota Palembang, Senin...
Pempek di Tengah Riuh Negeri: Kisah dari Ulu Palembang
[caption id="attachment_4377" align="aligncenter" width="1280"] Pempek goreng yang siap disajikan kepada pengunjung kedai, di Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, Senin (25/08/2025)....

Average Rating