
Feature – Ukhuwahnews | Di sebuah desa bernama sedupi. Para Anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah melakukan Liputan Daerah. Sabtu, 15 November 2025. Pagi itu saya berjalan menelusuri pinggiran desa.
Terlihat padi yang tersusun dengan rapi ditambah matahari terbit memanjakan mata saya, sembari itu terlihat dua perempuan lanjut usia yang berada di ujung sawah. Mereka adalah Rohaya (68) dan Darmila (67).
Melihat Rohaya menyemai padi dari kejauhan, membuat diri saya semakin terpanggil ingin berbincang santai dengan nya. Perempuan 68 tahun ini sudah tak ingat kapan pertama kali turun ke sawah, yang jelas sejak muda hingga kini rambutnya memutih, sawah tetap menjadi rumah keduanya.
“Nak kemane itu,” teriaknya dari kejauhan saat aku baru menginjakkan kaki memasuki per Sawahan.
Berjarak kurang lebih 300 meter dari pinggir jalan, akhirnya saya sampai di sawah Rohaya. Dengan rasa penasaran yang banyak, saya langsung menanyakan kapan panen padinya.
Baca Juga: Pempek di Tengah Riuh Negeri: Kisah dari Ulu Palembang
Rohaya menanam padi dua kali setahun. Tahun lalu, pada bulan Agustus, ia berhasil memanen 2,5 ton padi. Jika dihitung sepanjang tahun, hasil produksinya mencapai 5 ton.
“Kalau lah sudah tua, merasa rugi tidak bersawah. Enam bulan sekali panen, beras setidak nye tidak beli. Dapat ongkos juge,” ucapnya sambil tersenyum.
Namun tak semua musim berjalan mulus. Hama sering kali menghabisi tanaman sebelum waktunya. “Padi yang mati itu banyak di makan hama. cuma pacak pasrah, sudah panen di garap lagi lahanye.” lanjutnya.
Tak jauh dari sawah Rohaya, Darmila juga menghabiskan hari-harinya dengan ritme yang sama. Di usianya yang hampir 67 tahun, ia masih semangat berawat sawah milik kakaknya.
“Digagahke, kalau tidak diri kite. Dk Ade yang gawekenye. Tubuh nak makan bacak idk,”
katanya dengan suara mantap.
Baca Juga: Pasar Cinde Jadi Surga Batu Cincin dengan Harga Beragam
Dari sawah inilah bisa menghidupkan anak-anak. Setidaknya untuk beras tidak beli lagi.
“Kalu ade sawah, kan dak mahal beli beras,” ujarnya.
Ia masih ingat bagaimana sejak muda ia hidup dari tanah yang sama. Dan ia berharap generasi berikutnya tidak meninggalkan sawah.
“Kalu ade anak, gek ajarin bersawah. Kite ni petang pagi nanak nasi inilah hidup.” katanya.
Pada akhirnya, kisah Rohaya dan Darmila bukan sekadar cerita dua perempuan lansia yang berkubang di lumpur sawah. Mereka adalah wajah dari keteguhan perempuan yang tetap berdiri ketika hidup berkali-kali menundukkan nya.
Sejak suami tak lagi ada di sisi, mereka tak punya kemewahan untuk berhenti. Setiap langkah di pematang adalah bukti bahwa seorang ibu akan melakukan apa pun agar dapur tetap mengepul, agar anak-anak bisa melanjutkan hidup, agar diri mereka sendiri tetap bertahan.
Reporter: Marshanda
Editor: Rhessya Maris
About Post Author
Rhessya Maris
More Stories
Hidup Petani di Sekitar PLTU Kian Terpuruk
[caption id="attachment_4846" align="aligncenter" width="1600"] Lahan petani yang berdekatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Keban Agung. Minggu (19/10/2025). Ukhuwahfoto/ Marshanda[/caption] Lahat...
Siti Aminah, Penjaga Tradisi Nipah di Tepi Sungai Musi
[caption id="attachment_4623" align="aligncenter" width="1600"] Pengrajin mengikat daun nipah kering yang akan dijadikan rokok pucuk nipah di Kampung Anyaman 3/4 Ulu,...
Aksi Demonstrasi Bukan Hanya Kerusuhan, Wujud Suarakan Kemanusiaan
[caption id="attachment_4466" align="aligncenter" width="1500"] Pengunjuk rasa masuk ke halaman gedung DPRD Sumsel, Senin (01/09/2025). Ukhuwahfoto/Al Dona[/caption] Penulis: Selo Obrian (Pengurus...
Menyusuri Warisan Tionghoa di Tepi Musi
[caption id="attachment_4373" align="aligncenter" width="1280"] Papan bertuliskan sejarah singkat berdirinya Kampung Kapitan yang berada di Kelurahan 7 Ulu Kota Palembang, Senin...
Pempek di Tengah Riuh Negeri: Kisah dari Ulu Palembang
[caption id="attachment_4377" align="aligncenter" width="1280"] Pempek goreng yang siap disajikan kepada pengunjung kedai, di Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, Senin (25/08/2025)....
Bukan Sekadar Seduhan Kopi: Realitas Kedai Ruang Diskusi
[caption id="attachment_4318" align="aligncenter" width="2560"] Potret Mahesa Putra sedang melakukan proses pembuatan kopi di meja bar kedai kopi Mibar, di Jalan...

Average Rating