Read Time:4 Minute, 1 Second
Salah satu Rumah Pembuatan Perahu Bidar Tradisional The Big Family 9 Sakti terletak di Kecamatan Pemulutan Selatan, Ogan Ilir, Minggu (03/08/2025). Ukhuwahfoto/Ahmad Hafiizh Kudrawi

Ogan Ilir – Ukhuwahnews | Perlombaan bidar memang menjadi sebuah tradisi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel) yang punya nilai sejarah dan keunikan budaya tinggi. Tradisi asli Palembang ini sudah ada sejak jaman dahulu dan masih dilestarikan hingga sekarang, biasanya perayaan ini dilaksanakan pada momen-momen khusus seperti upacara adat, perayaan Hari Kemerdekaan, dan lain-lain.

Ajang perlombaan bidar diselenggarakan di berbagai kabupaten daerah Sumsel seperti Ogan Ilir, Pedamaran, Sekayu, dan daerah lainnya. Namun, Pertandingan bidar paling dinanti oleh masyarakat adalah lomba bidar yang diadakan di Palembang, tepatnya dilaksanakan di Sungai Musi, dari Dermaga Ferry sampai ke depan Benteng Kuto Besak, pada pertandingan di Palembang inilah kelompok pedayung bidar dari berbagai daerah berkumpul untuk membuktikan kecepatan dan daya tahan perahu bidar mana yang paling kuat kualitasnya.

Baca juga: Dibalik Kisah Perjuangan Kedai Pempek Cek Ning di Kampung Pempek Tanggo Rajo 7 Ulu

Rumah pembuatan bidar tradisional the big family 9 sakti

Dari berbagai pembuat perahu bidar di daerah sumsel, tepatnya di Kecamatan Pemulutan Selatan, Ogan ilir, terdapat salah satu Rumah Pembuatan Bidar Tradisional The Big Family 9 Sakti, sesampai di sana nampak di sebelah rumah panggung berwarna coklat itu terletak tiga buah perahu bidar yang disusun terbalik lalu didepannya ada dua perahu bidar yang sedang dikeringkan seusai dicat.

Pemilik Rumah Pembuatan Bidar Tradisional The Big Family 9 Sakti, Daud menuturkan sudah mendirikan rumah produksi perahu khas Palembang ini kurang lebih selama 20 tahun dan dalam sebulan hampir selalu ada pesanan untuk jenis perahu bidar mini.

Selain membuat perahu bidar, Daud mengaku memiliki dua buah perahu bidar berjenis tradisional yang memang biasanya digunakan untuk mengikuti ajang perlombaan bidar.

“Kalo bidar tradisional itu pasti setiap rumah produksi harus punya sendiri karena kan untuk bersaing di perlombaan, kami sendiri punya dua bidar tradisional yang pertama dimiliki pada tahun 2017, kalo yang kedua baru tahun inilah,” ujar Daud saat diwawancarai pada Minggu (03/08/2025).

Proses produksi dan beragam jenis perahu bidar

Ada pun beragam jenis perahu bidar yang biasanya diproduksi mulai dari pertama perahu bidar mini yang muat untuk lima orang, lanjut ke ukuran sedikit besar ada perahu bidar yang menampung untuk 11 orang, dan jenis perahu bidar tradisional yang punya ukuran paling besar, perahu bidar ini mampu menampung hingga 57 orang dan biasanya jenis bidar ini yang digunakan untuk mengikuti ajang perlombaan di tingkat provinsi atau yang dilaksanakan di Palembang.

Setiap jenis perahu bidar punya bahan baku dan biaya yang berbeda-beda. Misalnya saja perahu bidar tradisional sepanjang sekitar 20-30 meter menghabiskan biaya produksi sebesar 100 juta yakni untuk keperluan bahan baku 40 juta, upah tukang 30 juta dan biaya lain-lain seperti paku atau cat yang mencapai 20 juta.

Untuk membuat satu buah perahu bidar tradisional, memerlukan bahan baku utama berupa dua jenis kayu, terdiri dari kayu bungut untuk membangun bagian tulang perahu tempat duduk bagi pedayung, sebab permukaan kayunya mudah dipaku. Sedangkan kayu merawan permukaannya berminyak karena itu lebih dipakai untuk bagian badan atau kerangka dari perahu bidar, dayungnya sendiri dibuat dari kayu lembang sebab bahannya yang kuat dan tidak mudah patah.

“Biasanya kayu merawan ini kami beli di daerah gelumbang sebab di sana banyak budidaya kayu tersebut. Belinya dalam bentuk batangan, diserut sendiri, hingga dijadikan papan untuk nantinya dibentuk menjadi perahu bidar,” ujarnya.

Tradisi kebanggaan daerah sekaligus warisan turun temurun

Kebanggan masyarakat sumsel pada tradisi bidar tak perlu diragukan lagi. Dengan rutinnya pelaksanaan lomba bidar di antar kabupatan, kota, bahkan provinsi menjadi bukti pelestarian tradisi daerah sumsel ini. Rasa kebanggaan itu pun ikut terasa dari Daud selaku ketua tim bidar bernama Sembilan Sakti yang senantiasa mengikuti ajang perlombaan bidar.

Ketua kelompok tim bidar itu menjelaskan sebelum akan berlomba, perahu bidar tradisional yang disimpan dalam bungkusan akan dikeluarkan, apabila ada bagian rusak maka akan diperbaiki, jika perlu hiasan biasanya perahu bidar akan dicat agar terlihat lebih indah.

Selain mempersiapkan perahu bidar, para pedayung bidar akan giat latihan sebelum bertanding, lalu ada pula yasinan bersama untuk berdoa agar diberi keselamatan ketika nanti saat berlomba bidar.

Daud selaku pewaris generasi ketiga pengrajin perahu bidar, mengaku bangga pada tradisi bidar yang mampu menafkahi hidupnya selama ini, lalu ia pun berharap untuk mewariskan tradisi khas Sumsel ini pada anaknya nanti agar bisa terus melestarikan kebudayaan perahu bidar.

“Menurut saya keistimewaan perahu bidar ini, ya dari kualitas daya tahan perahu bidar, kami juga tidak memakai ritual-ritual aneh seperti tradisi lainnya. Insyaallah kalo sudah rezekinya nggak akan hilang,” ucap Pewaris generasi ketiga perahu bidar itu sambil tertawa.

“Harapan kami tentu semoga lebih digiatkan lagi dari dinas Pariwisata untuk membantu pelombaan bidar lebih maju seperti memberi bantuan biaya untuk memperbaiki perahu bidar yang rusak, agar tidak terbengkalai,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Hafiizh Kudrawi
Editor: Vivin Noor Azizah

About Post Author

Vivin Noor Azizah

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Langkah Sehat, Harapan Kuat dalam Uji Publik Kelompok 3 Beasiswa YBM PLN
Next post Menyorot Gajah Lewat Diskusi Edukatif: Kisah Gajah Sumatera