Read Time:1 Minute, 51 Second
Indra seorang Ojek Online (Ojol) menyampaikan kritik tentang pemerintah dalam mimbar bebas pada acara Panggung Rakyat, di Bawah Jembatan Ampera Seberang Ulu Simpang Buah, Jumat (05/09/2025). Ukhuwahfoto/Ahmad Hafiizh Kudrawi

Palembang – Ukhuwahnews| Palembang Network of Friends menggelar panggung rakyat sebagai bentuk peristiwa budaya lintas kolektif dan ruang solidaritas bersama, di Bawah Jembatan Ampera Seberang Ulu, Simpang Pasar Buah, Jum’at (05/09/2025).

Dalam mimbar bebas, seorang Ojek Online (Ojol) Indra, berbagi cerita tentang kisahnya yang sudah kurang lebih dua puluh tahun bekerja dengan pendapatan yang sama.

“Pendapatan saya jadi ojol, biasanya dapat uang hanya 10 ribu seharian dari pagi ke sore. Sementara mereka yang di sana, kurang dari setahun sudah ada informasi naik tunjangan,” ucap Indra.

Baca juga: Merajut Layangan Sebagai Mata Pencaharian Masyarakat Palembang

Di tempat yang sama, Perwakilan dari Aliansi Jurnalistik Independen (Aji) Moeslim mengatakan, bahwa kerja jadi jurnalis itu tidak mudah dan banyak tantangannya.

“Kerja jurnalis itu susah, jurnalis harus berperang dengan berita hoax di media sosial. Di punggung kami memikul beban, banyak penindasan dan kekerasan kepada kami jurnalis,” kata Moeslim.

Lebih lanjut, Moeslim juga mengatakan jurnalis sangat membutuhkan dukungan orang lain, karena nyawa seorang jurnalis sangat dipertaruhkan.

“Seperti polisi, kami juga pergi pagi pulang pagi. Nyawa dipertaruhkan demi memberikan kabar kepada kalian. Kami butuh dukungan dari kalian untuk membebaskan jurnalis dari pembungkaman,” jelas Moeslim.

Mahasiswa salah satu universitas di Palembang , R.E juga ikut menyuarakan terkait pendidikan bukan cuma soal bangku kuliah dan seragam putih abu-abu.

“Hari ini kita berkumpul di bawah jembatan Ampera bukan sekadar untuk hiburan, tapi untuk ingat rakyat butuh pendidikan yang adil, merata, dan membebaskan,” ungkapnya.

R.E menjelaskan apa yang seharusnya dijanjikan berbanding terbalik dengan apa yang terjadi sekarang.

“Banyak dari kita anak muda dipaksa berhenti sekolah karena biaya. Banyak mahasiswa dihantam utang, biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT), sementara buku jadi barang mewah,” jelasnya.

Terakhir, R. E mengajak semua pendengar untuk mari jaga suara kita, karena ketika rakyat bersuara, pendidikan bukan lagi mimpi, tapi kenyataan.

“Kawan-kawan, bangsa ini nggak akan maju kalau rakyatnya dipaksa bodoh. Farmasi mengajarkan, obat bisa sembuhkan sakit tubuh. Tapi hanya pendidikan yang bisa sembuhkan sakit bangsa,” tutupnya.

Reporter: Manda Dwi Lestari
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Merajut Layangan Sebagai Mata Pencaharian Masyarakat Palembang
Next post Kampung Layangan Jadi Bukti Kreativitas Warga Meraih Juara Kedua