
Penulis: Mohamad Shabir Al-Fikri
Opini-Ukhuwahnews | Pemanasan global saat ini masih dianggap sebagai salah satu permasalahan utama dunia, persoalan yang tidak mengenal batas negara ini, bukan hanya membuat baju yang kita kenakan pada siang hari basah akibat keringat, namun juga berpengaruh pada sektor lainnya.
Contohnya dalam hal pangan, dikutip dari Reuters pada tahun 2022 di India, gelombang panas ekstrem membuat hasil panen gandum yaitu makanan pokok rakyat setempat turun hingga 6%.
Selain itu, pada sektor pariwisata di negara Maladewa pulau-pulau kecil yang menjadi destinasi wisata terancam tenggelam, negara tersebut saat ini menghadapi risiko hilangnya industri pariwisata utama.
Baca juga: Ancaman Tersirat dari Penggunaan Chatgpt dalam Proses Aktualisasi Diri
Berdasarkan Laporan Penilaian Keenam (AR6) Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC), pada 2021 menyebutkan bahwa Maladewa dapat menjadi salah satu negara pertama yang terpaksa “ditinggalkan” karena naiknya air laut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap krisis iklim, buktinya? Rob di Semarang, banjir yang menenggelamkan Jakarta, dan kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera bersama Kalimantan, serta dikutip dari AntaraNews pernyataan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan yang mengatakan bahwa terdapat 115 pulau kecil dan sedang di Indonesia yang terancam tenggelam pada tahun 2100.
Di masa sekarang, Solar Panel menjadi salah satu jawaban yang populer untuk dipromosikan sebagai energi terbarukan. Matahari sebagai sumber energi gratis yang melimpah dan hampir menyinari seluruh permukaan bumi menjadi alasan utama panel surya, dinarasikan sebagai solusi kondang energi terbarukan, selain itu dukungan kebijakan global juga turut andil dalam hal ini.
Indonesia sebagai negara yang menargetkan Net Zero Emissions pada tahun 2060, juga mendorong hadirnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia. Seperti yang dikutip dari AntaraNews pemerintah menargetkan kapasitas PLTS skala besar terpasang dengan kapasitas 5,34 Giga Watt (GW).
Lokasi proyek tersebar di seluruh wilayah seperti Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua. Dilansir dari website resmi Perusahaan Listrik Nasional (PLN), dengan penambahan kapasitas pembangkit dan penyimpanan sebesar 69,5 gigawatt (GW), energi baru terbarukan (EBT) dan PLTS menjadi yang paling menonjol di antara berbagai jenis pembangkit EBT yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yang menetapkan tujuan baru dalam transisi energi.
Gambaran positif ini menempatkan solar panel seolah-olah tanpa celah.
Kontradiksi dan Dampak Negatif
Lingkungan
Berdasarkan sebuah penelitian di Envinronmental Science and Pollution Research (2019), krisis iklim memang mendorong penggunaan PLTS. Namun, tanpa sistem daur ulang panel surya yang rusak atau dibuang sembarangan dapat menjadi sumber pencemaran logam berat. Artinya, transisi energi harus dibarengi dengan kebijakan pengelolaan yang matang.
Regulasi di Indonesia masih belum jelas menentukan siapa yang bertanggung jawab atas limbah panel surya. Hal ini berbeda dengan Eropa yang sudah tegas menetapkan kewajiban produsen melalui sistem Extended Producer Responsibility (EPR). Fakta ini ditunjukkan dalam penelitian “Perbandingan Regulasi Pengelolaan Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia, Eropa, dan Amerika” yang diterbitkan oleh Asosiasi Peneliti dan Pengajar Ilmu Hukum Indonesia.
Sosial
Jika kita lihat sejauh mana, konflik penggunaan lahan antara hutan dan PLTS hinggga perselisihan ini telah terjadi. Berdasarkan Jurnal “Revisiting the land use conflicts between forests and solar farms through energy efficiency” diterbitkan di Journal of Cleaner Production pada desember 2023, di sana ditemukan sekitar 6.320 solar farm yang ditemukan menggunakan citra satelit dan data proyeksi, sebanyak 9,14% terindikasi mengalami konflik lahan dengan hutan.
Konflik yang dimaksud adalah PLTS yang dibangun di area hutan atau sangat dekat dengan hutan, yang berpotensi menimbulkan interaksi negatif seperti deforestasi, penurunan kapasitas energi, atau gangguan ekosistem. Secara luas, area 6.320 solar farm mencakup 4,9% dari total luas global yang diteliti.
Jalan Keluar Tunggal
Jika dibandingkan dengan batu bara sebagai pembangkit listrik, solar panel memang lebih unggul karena minim emisi, dan bebas polusi udara menjadi alasannya. Namun, Panel surya juga tidak dapat dijadikan solusi tunggal, alat ini mampu menimbulkan konflik lahan jika tidak dikelola dengan baik, lebih-lebih PLTS yang memerlukan lahan luas, dan dapat memicu dampak sosial dan ekologis baru.
Dampak lingkungan dan ekonomi juga tidak dapat diabaikan produksi panel surya, memerlukan bahan-bahan yang masih ketergantungan terhadap barang impor, serta potensi limbah panel surya di masa depan cukup besar.
Pada tahun 2050 diperkirakan 60-78 juta ton limbah panel surya di seluruh dunia, menurut data proyeksi global oleh International Renewanble Energy Agency (IRENA) pada 2016.
Belum lagi dampak greenwashing (praktik penyesatan tentang produk ramah lingkungan) yang kita klaim ramah lingkungan padahal sebenarnya efeknya tidak sebaik yang ditampilkan, dalam konteks panel surya dan energi terbarukan, risiko greenwashing cukup nyata terlebih jika kita hanya fokus pada output bukan input.
Dalam konteks Indonesia, nampaknya penggunaan solar panel diperlukan kebijakan yang mencegah pencemaran terhadap tanah dari logam berat yang luntur dari panel surya end of life atau habis masa pakai dan dibuang sembarangan.
Lemahnya peraturan dalam hal pembuangan limbah, tidak hanya berdampak pada lingkungan. Akan tetapi, juga terbatas pada penentuan pihak yang bertanggung jawab, jika kita berkaca dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering membuang sampah sembarangan.
Meskipun, kita juga perlu mendorong riset daur ulang panel surya, diharapkan di masa depan dapat ditemukan efisiensi daur ulang mungkin seperti teknologi baru yang dapat meminimalisir pencemaran terhadap lingkungan, dengan memisahkan logam berat yang terhadap solar panel bekas.
Dalam mendorong riset, kita membuka peluang di masa depan untuk menemukan panel surya yang ramah lingkungan sehingga potensi perusakan lingkungan akan dapat ditekan, dan hutang ekologi yang diwariskan kepada anak cucu kita akan menyusut.
Krisis iklim butuh solusi, namun bukan yang menghasilkan masalah baru “energi hijau seharusnya tidak menyisakan jejak kelabu.”
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi
About Post Author
Ahmad Hafiizh Kudrawi
More Stories
Ancaman Tersirat dari Penggunaan Chatgpt dalam Proses Aktualisasi Diri
[caption id="attachment_4090" align="aligncenter" width="1024"] Sumber/ Freepik[/caption] Opini-UKhuwahnews | Kemajuan teknologi seakan menjadi priotas utama bagi seluruh negara agar tidak tertinggal...
Upah Tak setara, Risiko tak dianggap: Wajah Buruk Kerja Bagi Perempuan
[caption id="attachment_3770" align="aligncenter" width="843"] Sumber/Pinterest[/caption] Penulis: Vitria Isabella (Pengurus LPM Ukhuwah) Sungguh menyedihkan ketika saya membaca fakta bahwa pekerja wanita...
Efisiensi Dana vs Kualitas Pembelajaran: Menimbang Kebijakan Belajar Daring di Hari Jum’at
[caption id="attachment_3289" align="aligncenter" width="500"] Ukhuwah desain/Yola Zakiyyah[/caption] Penulis : Yola Zakiyya Opini – Ukhuwahnews | Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah...
Modus, Maut, Profesi, dan Perempuan
[caption id="attachment_3166" align="aligncenter" width="1080"] Ukhuwah Desain/Winda Wulandari[/caption] Penulis : Winda Wulandari (Pemimpin Litbang) Opini – Ukhuwahnews | Baru-baru ini, kasus...
Horornya Kemacetan Lintas Palembang-Betung: Dari Perjalanan Biasa Hingga Menjadi Liburan Menginap di Jalan.
[caption id="attachment_3034" align="aligncenter" width="2399"] Ukhuwahdesain/Mohamad Shabir Al Fikri[/caption] Penulis: Ahmad Hafidz Kudrawi Opini - Ukhuwahnews | Pernahkah Kamu melintasi jalan...
Hidup di Negara UUD (Ujung-Ujung Duit)
[caption id="attachment_2831" align="aligncenter" width="300"] Ukhuwah Desain/ Mohamad Shabir Al Fikri[/caption] Penulis: Mohamad Shabir Al Fikri Suap menurut Kamus Besar Bahasa...
Average Rating