
Penulis: Marshanda (Pemimpin Umum)
Menginjakkan kaki di kawasan 7 Ulu, saya bersama rekan saya tertarik pada tulisan yang bertuliskan kampung kapitan. Terletak di tepian Sungai Musi, berdiri sebuah permukiman tua yang menyimpan kisah panjang akulturasi budaya dan sejarah kolonial. Kampung itu dikenal dengan nama Kampung Kapitan, sebuah kawasan yang dulunya menjadi pusat komunitas Tionghoa di kota Palembang.
Di balik wajah Kampung Kapitan hari ini, jejak Tionghoa perlahan memudar. Banyak peninggalan fisik tak lagi utuh, hanya menyisakan beberapa rumah tua yang berdiri rapuh namun penuh cerita.
Meski begitu, sejarahnya tidak benar-benar hilang. Ia tetap hidup dalam tutur kata para orang tua, dalam dinding kayu yang menyimpan kenangan, dan dalam ingatan para pewaris yang menjaga kisah masa lalu agar tetap bernapas di tengah arus perubahan zaman.
Baca juga: Bukan Sekadar Seduhan Kopi: Realitas Kedai Ruang Diskusi
Melihat jejak komunitas Tionghoa
Menurut hulubalang tour guide Kampung Kapitan, dulunya kawasan ini dihuni mayoritas masyarakat Tionghoa. Identitas Tionghoa begitu kental, melekat pada kehidupan sehari-hari warga, mulai dari bahasa, tradisi, hingga arsitektur rumah. Namun seiring waktu, generasi keturunan Tionghoa banyak yang memilih keluar dari kawasan ini dan menetap di tempat lain.
“Dulu memang banyak keturunan Cina, sekarang sudah susah dicari. Banyak yang keluar, tidak mau lagi tinggal di sini, dan menjalani kehidupan mereka di tempat lain.” ucap Nurjana, saat di temui pada Senin, (25/8/2025).
Kampung Kapitan saat ini lebih dikenal sebagai situs bersejarah dibandingkan sebagai pemukiman etnis Tionghoa. Hanya segelintir rumah tua yang masih bertahan, menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu ketika kawasan ini pernah menjadi pusat kehidupan komunitas Tionghoa di Palembang.
Asal muasal nama kapitan
Sejarah Kampung Kapitan, erat kaitannya dengan sosok seorang pemimpin Tionghoa yang mendapat gelar Kapitan dari pemerintah kolonial Belanda. Gelar ini bukan sekadar simbol kehormatan, melainkan juga jabatan resmi yang membawa otoritas.
Sebutan pada kalimat kapitan merupakan kapiten yang artinya kapten. Sosok yang memimpin masyarakat Tionghoa di kawasan seberang Sungai Musi. Pemimpin masyarakat Tionghoa pertama, Tjoa Kie Tjuan, yang memerintah di kawasan 7 Ulu dari 1830 hingga 1855.
Meski banyak warga keturunan Tionghoa meninggalkan kampung ini, warisan budaya dan sejarahnya tetap membekas. Ialah dua rumah yang berdiri dengan arsitektur khas Tionghoa, dengan beberapa peninggalan sejarah serta foto kenangan.
Selain itu, tentu Kampung Kapitan menjadi destinasi wisata sejarah di Palembang. Pengunjung datang untuk melihat langsung peninggalan rumah tua dan mendengar kisah-kisah turun-temurun dari generasi pewaris.
Tidak sedikit wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang menjadikan kampung ini sebagai destinasi budaya ketika berkunjung ke Kota Pempek.
Adanya Simbol Akulturasi
Kampung Kapitan 7 Ulu adalah simbol akulturasi budaya di Palembang. Di satu sisi, kampung ini menunjukkan jejak kuat komunitas Tionghoa yang berperan besar dalam perkembangan ekonomi dan budaya kota. Di sisi lain, kampung ini juga mencerminkan bagaimana identitas suatu komunitas dapat berubah seiring arus modernisasi dan pergeseran generasi.
Bagi sebagian besar masyarakat Palembang, nama Kampung Kapitan kini bukan hanya sekadar cerita lama, melainkan bagian dari sejarah kolektif kota. Jejak Tjoa Kie Tjuan dan generasi penerusnya menjadi pengingat bahwa Palembang adalah kota yang terbentuk dari pertemuan berbagai etnis dan budaya.
Tantangan yang dihadapi
Tantangan terbesar Kampung Kapitan saat ini adalah menjaga agar warisan sejarahnya tidak hilang ditelan waktu. Banyak generasi muda yang mungkin hanya mengenal nama kampung ini sebagai lokasi wisata, tanpa memahami kisah panjang di baliknya.
Karena itu, upaya pelestarian menjadi hal penting. Dokumentasi sejarah, restorasi bangunan tua, hingga penguatan narasi budaya adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan. Dengan demikian, Kampung Kapitan tidak hanya menjadi objek wisata sesaat, melainkan juga ruang edukasi sejarah bagi generasi mendatang.
Sahabat Ukhuwah, Kampung Kapitan 7 Ulu adalah potret perjalanan panjang masyarakat Tionghoa di Palembang. Dari sebuah kampung yang pernah ramai dihuni, kini ia berdiri sebagai saksi bisu warisan sejarah kolonial, akulturasi budaya, dan perubahan zaman.
Cerita tentang Kapitan Tjoa Kie Tjuan saudagar yang diangkat Belanda sebagai pemimpin, hingga kisah keluarnya komunitas Tionghoa dari kampung ini, menjadi mozaik penting dalam sejarah kota Palembang.
Di tepian Sungai Musi, Kampung Kapitan tidak hanya menyimpan nostalgia masa lalu, tetapi juga mengajarkan bahwa keberagaman adalah fondasi yang membentuk wajah Palembang hingga hari ini.
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi
About Post Author
Ahmad Hafiizh Kudrawi
More Stories
Aksi Demonstrasi Bukan Hanya Kerusuhan, Wujud Suarakan Kemanusiaan
[caption id="attachment_4466" align="aligncenter" width="1500"] Pengunjuk rasa masuk ke halaman gedung DPRD Sumsel, Senin (01/09/2025). Ukhuwahfoto/Al Dona[/caption] Penulis: Selo Obrian (Pengurus...
Pempek di Tengah Riuh Negeri: Kisah dari Ulu Palembang
[caption id="attachment_4377" align="aligncenter" width="1280"] Pempek goreng yang siap disajikan kepada pengunjung kedai, di Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, Senin (25/08/2025)....
Bukan Sekadar Seduhan Kopi: Realitas Kedai Ruang Diskusi
[caption id="attachment_4318" align="aligncenter" width="2560"] Potret Mahesa Putra sedang melakukan proses pembuatan kopi di meja bar kedai kopi Mibar, di Jalan...
Manisnya Cokelat dari Tanah Karo, Seulas Mimpi Pendidikan Tinggi untuk Anak
[caption id="attachment_4203" align="aligncenter" width="1620"] Dok/Kelompok Bhinneka Tunggal Ika[/caption] Penulis: Kelompok Bhinneka Tunggal Ika Medan-Ukhuwahnews | Pada pagi yang menyuguhkan sejuknya...
Tradisi Bidar, Warisan Daerah Sumsel Diturunkan dengan Penuh Kebanggaan
[caption id="attachment_4127" align="aligncenter" width="1500"] Salah satu Rumah Pembuatan Perahu Bidar Tradisional The Big Family 9 Sakti terletak di Kecamatan Pemulutan...
Dibalik Kisah Perjuangan Kedai Pempek Cek Ning di Kampung Pempek Tanggo Rajo 7 Ulu
[caption id="attachment_3895" align="alignnone" width="1280"] Salah satu karyawan menggoreng pempek, di Kedai Cek Ning Lorong Tangga Raja 7 Ulu, Kecamatan Seberang...
Average Rating