Palembang-Ukhuwahnews | Forum diskusi yang diadakan bersama Ferdiansyah Rivai dan Ari Priyanto, dengan membahas film dokumenter 17 surat cinta untuk pemerintahan, di Universitas IBA Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (17/11/2024).
Pemutaran film dokumenter 17 surat cinta ini bertujuan, membuka pandangan para jurnalisme terkait eksploitasi hutan, tambang dan perkebunan kelapa sawit yang membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Ferdiansyah Rivai Mengatakan Salama 5 tahun belakangan ekonomi di Indonesia ditopang oleh Capital Intensive (padat modal).
“Karena adanya proyek besar besaran mengakibatkan perekonomian di Indonesia membutuhkan pendanaan cepat,” kata Ferdian.
Baca juga: 17 Surat Cinta yang Diabaikan Pemerintah
Ferdian menyampaikan ekonomi yang berbasis capital akan berdampak buruk bagi mahasiswa kedepannya, mengingat ekonomi ini tidak memperkerjakan banyak orang.
“Sudah banyak pekerjaan yang diheandle AI, seharusnya banyak menyerap tenaga kerja dari generasi muda seperti kalian,” sampainya.
Di tempat yang sama, Ari Priyanto sebagai salah satu videografer dokumenter menjelaskan peran Gen Z dalam mencegah deforentasi dengan cara terus ikut edukasi dan membangun jejaring.
“Gen Z harus melawan deforentasi dalam sebuah daerah yang membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya,” jelasnya.
Ari menuturkan, dalam film dokumenter 17 surat cinta dapat menyadarkan pemerintahan atas kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh tangan manusia.
“Harus berani menyuarakan kebenaran dalam suatu kejadian yang ada, karena dalam kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dapat membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitarnya,” ucapnya.
“Seperti dalam film 17 surat cinta, kita dapat mambantu menyuarakan dari beberapa visual yang ada dengan beberapa bidang yang tersedia,” tuturnya.
Ia juga menambahkan jika dalam menyuarakan lingkungan bisa berupa vidiografer seperti film dokumenter, maupun dalam bentuk tulisan sastra pada umumnya.
“Seperti dalam film 17 surat cinta, kita dapat mambantu menyuarakan dari beberapa visual yang ada dengan beberapa bidang yang tersedia,” tuturnya.
Reporter: M.Raihan Arifai (Anggota Magang LPM Ukhuwah)
Editor: Marshanda
About Post Author
Marshanda
More Stories
Menerangi Sumatera Selatan dengan Isu Transisi Energi Berkeadilan
[caption id="attachment_4717" align="aligncenter" width="1600"] “Dicky Edwin Hindarto, Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, menjelaskan transisi energi berkeadilan dari fosil ke energi...
Belajar Literasi di Perpustakaan Tanpa Buku SMK Negeri 8 Palembang
[caption id="attachment_4667" align="aligncenter" width="2172"] Siswi menunjukkan koleksi dari perpustakaan luar ruangan di SMK Negeri 8 Palembang, Sabtu (27/09/2025). Ukhuwahfoto/Rani Dwi...
Festival Tani Upayakan Isu Agraria jadi Sorotan Serius
[caption id="attachment_4663" align="aligncenter" width="2038"] Sejumlah aktor menampilkan pertunjukan "TAH TANAH" dari Teater Arafah pada Festival Tani di Rumah Sintas, Minggu (27/09/2025)....
Pasar Cinde Jadi Surga Batu Cincin dengan Harga Beragam
[caption id="attachment_4627" align="aligncenter" width="1086"] pedagang menyelesaikan pola batu akik di Pasar cinde kota palembang, Minggu (21/09/2025). Ukhuwahfoto/RaniDwioktafidiya[/caption] Palembang-Ukhuwahnews| Pasar Cinde...
Siti Aminah, Penjaga Tradisi Nipah di Tepi Sungai Musi
[caption id="attachment_4623" align="aligncenter" width="1600"] Pengrajin mengikat daun nipah kering yang akan dijadikan rokok pucuk nipah di Kampung Anyaman 3/4 Ulu,...
Anyaman Daun Nipah dan Tumpukan Sampah di Baliknya
[caption id="attachment_4604" align="aligncenter" width="2048"] Limbah dari kerajinan daun nipah di kampung Anyaman 3/4 Ulu. Sabtu, (20/09/2025). Ukhuwahfoto/Ranidwioktafidiya.[/caption] Penulis: Marshanda (Pemimpin...
Average Rating