Read Time:1 Minute, 43 Second
Sejumlah aktor menampilkan pertunjukan “TAH TANAH” dari Teater Arafah pada Festival Tani di Rumah Sintas, Minggu (27/09/2025). Ukhuwahfoto/Rani Dwi Oktafidiya

Palembang-ukhuwahnews | Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional, Festival Tani digelar untuk menanamkan kesadaran tentang isu-isu agraria oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Wilayah Sumatera Selatan di rumah sintas, Minggu (27/09/2025).

Festival Tani bertema Reforma Agraria: Membangun desa menghidupi kota. Bersama komunitas mahasiswa dan lokal, festival bertujuan menghubungkan semangat petani desa dengan masyarakat perkotaan.

Dewa jagat satria selaku ketua pelaksana, menjelaskan bahwa festival ini berupaya mengaitkan petani desa yang selama ini, identik dengan kesederhanaan dan kerja keras dengan dinamika kota.

“Kawan-kawan komunitas ingin menghadirkan festival yang tidak hanya menampilkan sisi pertanian, tapi juga menggabungkan unsur musik dan kegiatan seni agar semangat petani sampai ke kota,” ujar Dewa.

Baca juga: Pasar Cinde Jadi Surga Batu Cincin dengan Harga Beragam

Dewa menambahkan, acara ini bertujuan mengampanyekan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama mahasiswa dan kelas menengah, terhadap isu agraria yang selama ini kurang diketahui publik.

“Kalau mahasiswa meninggal biasanya beritanya viral, tapi kalau petani yang meninggal, berita itu paling bertahan dua sampai tiga hari saja. Kami ingin isu agraria mendapat sorotan yang lebih serius,” jelasnya.

Meski isu agraria tebilang berat dikalangan generasi saat ini, Sekretaris Jendral (Sekjen)
KPA Pusat Dewi Kartika, mengapresiasi kegiatan ini dikalangan anak muda terhadap isu agraria tidak sebanding dengan isu lingkungan dan sebagainya.

“Karena banyak anak-anak muda, tidak terlalu familiar dengan isu agraria, ini terobosan menurut saya perlu lingkar diskusi, yang kata isu refoma agraria itu berat engak semudah memahami isu lingkungan dan korupsi,”tegasnya.

Dewi membubuhkan harapan besar sebuah terobosan baru untuk relasi kota dan desa tidak akan saling menghisap kembali, suara yang harus disuarakan dengan bentuk apapun bisa terus dilakukan.

“Jadi setelah hari tani kita turun ke jalan lalu setalah itu kita bersyukur, berpesta merefleksikan hari tani dari teater, musik band jadi suara petani, suara tanah dirampas hingga alam dirampas bisa ditampilkan dengan cara yang berbeda,” tutupnya.

Reporter: Rani Dwi Oktafidiya
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi

About Post Author

Ahmad Hafiizh Kudrawi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Wisuda UIN RF Ke – 94 Mengusung Tema Kolaboratif Dialogis Antar Lembaga Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Next post Belajar Literasi di Perpustakaan Tanpa Buku SMK Negeri 8 Palembang