Penulis: Marsya Dwi Rismanda
Musim panas telah tiba, yang berarti ujian akhir semester pun akan segera berakhir. Suara dari pembangunan apartemen baru blok D, ternyata sampai ke gendang telinga ku yang berada di apartemen blok B.
Buk…Tuk…Duk…Tuk…Buk…
Suara berisik itu memaksa membuka mataku, ternyata sudah pukul 08.00 pagi. Lantas teringat siang nanti adalah hari terakhir ujian akhir semester.
“Yes, berarti sebentar lagi libur!” aku mengepalkan tangan ke udara.
Aku loncat dari tempat tidur dan bersiap untuk ujian nanti siang. Selepas berpakaian, dering telepon menyita perhatian, aku mengangkat nya tanpa melihat siapa gerangan yang menelfon.
“HALO!”
“Duh, telinga ku,” ucap ku sambil menjauhkan telepon genggam.
“Apa Tika, kecilin loh suara mu itu,”
“Za, ini udah jam berapa kita kan mau nyatet materi dulu di cafe deket kampus,” Cerocos Tika
“Ya ampun Tika, baru jam 9 aja udah rempong sih,”
“Ya iya lah, kamu kan suka ngaret nanti ga sempet sebelum kita masuk ujian,” Tika yang terlalu khawatir tentang nilai ku, padahal aku saja bodo amat.
“Iya-iya, ini sebentar lagi otw kesana Tik,” Lalu aku menutup telepon sepihak untuk bergegas ke cafe tujuan kami.
Tika itu sangat ceriwis sekali, tetapi kadang juga mood nya bikin aku pusing tujuh keliling. Tidak sampai 10 menit, aku sudah di depan pintu cafe yang kami janjikan, ketika baru saja masuk, teriakan Tika sudah menguar di seluruh penjuru cafe itu.
Dengan perasaan malu, aku segera menghampiri Tika yang melambaikan tangan kepada ku.
“Tik, malu tau!” ucapku ketika sudah berada di tempat duduk kami.
“Udah ah, kayak baru kenal aja kamu Za, yuk langsung aja,”
Detik berganti menit, menit berganti jam, waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, satu jam menuju ujian akhir, Tika yang heboh sendiri membuat suasana yang hangat sebelum kami menjalankan ujian yang menakutkan.
Baca Juga: Cerpen: Pulang
Kami menuju kelas dan telah tertera nama dari masing-masing mahasiswa pada setiap kursi di ruangan itu, siap tidak siap, teman atau bukan yang duduk disebelah mu, ujian akhir yang menakutkan akan tetap terlaksana.
Aku melihat Tika yang sudah basah tangan nya menunggu kertas ujian itu sampai pada kursi nya, lalu aku? Hanya santai sambil menatap dosen yang sibuk membagikan kertas ujian.
Aku beralih kepada teman-teman yang berada di kelas ini, hampir semua dari mereka terlihat pucat dan berharap agar catatan yang mereka siapkan sama dengan soal yang dosen itu bagikan.
Terkekeh ketika aku melihat kembali pada teman baik ku, Tika. Kertas ujian telah sampai pada dirinya, belum melihat semua soal yang ditulis pada kertas itu, dia sudah ingin menangis.
“Ekhem!” Dosen telah dihadapan aku yang asik melihat Tika terpusing dengan kertas ujian nya.
“Oh iya bu, terima kasih,” Ucapku sopan.
“Kerjakan, jangan tertawa terus kamu Za,” ujar dosen itu, memang kenapa? aku hanya terkekeh, tajam sekali mata dosen itu.
Beliau melanjutkan membagikan kertas ujian ke area belakang ku, dan aku mulai membuka kertas ujian yang membuat Tika menangis ini, haha.
Pertanyaan pertama…..
Aku hanya melihat, lalu beralih kepada pertanyaan selanjutnya.
Pertanyaan ke-dua…..
Aku mulai menggoreskan pena ku untuk mencari jawaban, ternyata tidak seburuk itu pertanyaan nya, tidak sampai membuat ku menangis seperti Za.
Pertanyaan ke-tiga…..
Kenapa seperti ada yang aneh? Huruf nya, acak. Aku menghiraukan itu dan tetap meneruskan mencari jawaban dari pertanyaan ini.
Pertanyaan ke-empat…..
Tika, sepertinya melihat ke arah ku, aku merasakan itu, ku tegakkan kepala dan ternyata benar dia melihat ku sambil menunjuk ke arah pertanyaan nomor lima, sontak aku melihat pertanyaan yang ditunjuknya.
Pertanyaan ke-lima….
Tiba-tiba gelap. Lalu,
Kembali ke kamar apartemen ku dan jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, seketika aku membuka mata mendengar nada dering handphone, dan benar. Tika menelfon untuk cepat datang ke cafe. Aku sudah memprediksi ini akan terjadi, karena memang sedari kecil aku sudah diwariskan sebuah takdir yang berbeda dari manusia lain.
About Post Author
Hanifah Asy Syafiah
More Stories
Cerpen: Stand For Yourself
[gallery columns="1" size="full" ids="1165"] Penulis: Imelda Melanie Agustin (Pengurus LPM Ukhuwah) Di tengah malam, seorang gadis malang terlihat sedang meringkuk...
Cerpen: Misteri Tas Hitam
[gallery columns="1" size="full" ids="872"] Oleh: Annisaa Syafriani "Udah Helena. Nggak perlu, aku aja yang bawa kuenya. Kita harus cepet sebelum...
Puisi: Lukisan Abu-abu
[gallery columns="1" size="full" ids="869"] Oleh: Vitria Isabella Di atas kanvas biru langit menganga luas, Malam temaram, dingin merangkul erat. Di...
Cerpen: Hati yang Tak Tergapai
[gallery columns="1" size="full" ids="860"] Oleh: Annisaa Syafriani Nafasku tersengal-sengal. Sesekali aku mengintip ke arah para polisi yang mengejarku dari balik...
Puisi: Saat Kelabunya Datang
[gallery columns="1" size="full" ids="854"] Oleh: Annisaa Syafriani Saat denting itu bernada, Kelabunya kan bertandang. Menyergap raga, Mengetuk segala tenang yang...
Cerpen: Pulang
[caption id="attachment_819" align="alignnone" width="1280"] Pixabay/TranDuyet[/caption] Penulis: Oktavia Rhamadhona Di sebuah kamar kecil apartemen di kota besar, seorang pemuda bernama Rizal...
Average Rating