
Artikel – Ukhuwahnews | Perubahan penggunaan lahan dari hutan atau lahan alami menjadi perkebunan kelapa sawit membawa konsekuensi serius bagi kualitas tanah dan lingkungan sekitar.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa konversi tersebut memicu hilangnya penutup vegetasi alami yang melindungi tanah dari erosi akar pohon dan lapisan dedaunan di hutan, berfungsi menjaga struktur tanah dan menahan air. Ketika diganti oleh kebun sawit, perlindungan ini lenyap.
Penurunan kandungan bahan organik dan karbon tanah Soil Organic Matter (SOM) dan stok karbon, secara alamiah disediakan oleh hutan lewat dedaunan yang gugur dan siklus alami. Setelah konversi ke sawit, input organik ini berkurang drastis.
Peningkatan kepadatan dan “pemadatan” tanah (bulk density meningkat), terutama pada bagian antar baris (interrows) di kebun sawit, sehingga struktur tanah menjadi lebih padat, porositas menurun, dan kemampuan tanah menyerap air atau “bernapas” menjadi terganggu.
Tanah yang dulu sehat dan subur mampu mendukung keanekaragaman hayati, resapan air, dan siklus nutrisi kini mulai rusak fungsi hingga daya dukungnya.
Dampak Nyata: Erosi, Kualitas Tanah & Air, dan Risiko Lingkungan
Konsekuensi dari rusaknya tanah akibat sawit terlihat dalam beberapa aspek berikut:
Dalam sebuah studi dalam Jurnal Lingkungan Nusantara (JLN), 1(1), 17-22. Dimana wilayah bekas hutan yang dialihfungsikan jadi kebun sawit, tingkat erosi meningkat signifikan misalnya peningkatan erosi hingga 25% dibandingkan kondisi hutan alami.
Tanah menjadi lebih rentan terhadap aliran permukaan (runoff), ketika hujan tanah tak bisa menyerap air secara optimal karena kehilangan struktur dan porositas. Akibatnya banyak sedimen dan hara (nutrien) seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) ikut terbawa ke sungai atau perairan sekitar menyebabkan kehilangan kesuburan tanah dan potensi pencemaran air.
Penelitian menunjukkan bahwa tanah di kebun sawit memiliki bobot isi (bulk density) lebih tinggi dibanding tanah alami artinya tanah lebih padat, susah menyerap air. Akibatnya, resapan air ke dalam tanah berkurang, mengganggu siklus hidrologi alami potensi banjir, limpasan permukaan meningkat, serta cadangan air tanah dan kualitas air tanah bisa menurun.
Konversi lahan ke kebun sawit berarti hilangnya hutan alami yang berarti musnahnya habitat bagi flora dan fauna lokal, serta menurun keanekaragaman mikroorganisme tanah. Komunitas mikroba dan jamur tanah pun terganggu akibat perubahan sifat fisik dan kimia tanah.
Tanah yang “terdegradasi” tidak lagi bisa mendukung ekosistem seperti sebelumnya — sehingga jasa lingkungan seperti penyerapan karbon, penyerapan air, penyerapan polutan, pengaturan mikroklimat ikut menurun.
Tantangan Jangka Panjang: Produktivitas & Keberlanjutan Lahan
Penurunan kesuburan, hilangnya hara, serta menurunnya aktivitas mikroba tanah membuat produktivitas lahan menurun jika terus ditanami kelapa sawit tanpa praktik pemulihan tanah, tanah bisa jenuh, miskin hara, dan sulit mendukung tumbuhan apapun di masa depan.
Hal ini juga mengancam ketahanan lingkungan dan sosial di wilayah pedesaan tanah yang dulu mendukung kehidupan masyarakat, kini rusak dan mungkin memerlukan restorasi besar-besaran.
Mengapa Ini Penting dan Siapa yang Terkena?
Bagi masyarakat lokal, degradasi tanah dan air bisa mengurangi akses terhadap sumber daya (pertanian, air bersih, ikan di sungai), serta mempengaruhi mata pencaharian dan kesehatan.
Bagi lingkungan, menurunnya fungsi tanah sebagai penyerap karbon, habitat bagi keanekaragaman hayati, penyaring air, dan pengatur iklim lokal berarti desakan bagi ekosistem dan keberlanjutan jangka panjang.
Bagi kebijakan & pengelolaan, membuktikan bahwa ekspansi sawit perlu disertai dengan praktik pengelolaan lahan berkelanjutan konservasi tanah, perlindungan hutan, rotasi tanaman atau penggunaan penutup tanah, rehabilitasi tanah, dan pemantauan lingkungan
Berdasarkan literatur ilmiah, ada pendekatan yang dapat membantu mengurangi dampak negatif perkebunan sawit terhadap tanah:
Menggunakan teknik konservasi tanah dan air misalnya penggunaan penutup tanah (cover crop), pupuk organik atau kompos, untuk mengembalikan bahan organik tanah dan menjaga struktur serta porositas.
Menghindari konversi hutan primer atau lahan sensitif seperti gambut dan lereng curam memilih lahan yang cocok dan meminimalkan degradasi.
Menerapkan pengelolaan lingkungan yang holistik menjaga kualitas air, mengendalikan penggunaan agrokimia, menjaga vegetasi penyangga di tepi sungai, dan melibatkan masyarakat lokal agar hak dan kebutuhan mereka tetap diperhatikan.
Penulis: Rani Dwi Oktafidiya
Editor: Ahmad Hafiizh Kudrawi
About Post Author
Ahmad Hafiizh Kudrawi
More Stories
Memahami Empat Mazhab Besar dalam Islam: Hakikat, Metode Ijtihad, dan Penyebarannya
[caption id="attachment_5003" align="aligncenter" width="1280"] Sumber/Freepik[/caption] Dalam Islam, mazhab adalah metode atau aliran pemikiran dalam memahami hukum Islam (fiqih) berdasarkan Al-Qur’an...
Gastro-Kolonialisme : Penjajahan Melalui Pangan
[caption id="attachment_4837" align="aligncenter" width="1024"] Ukhuwahfoto/Moh. Shabir Al Fikri[/caption] Artikel - Ukhuwahnews | Ketika mendengar kata kolonialisme, apa yang langsung terlintas...
Fakta pahit MBG tetap jalan Meski Banyak Murid keracunan
[caption id="attachment_4679" align="aligncenter" width="1600"] Dok/espos.id[/caption] Artikel-Ukhuwahnews |Program MBG (Makanan Bergizi Gratis) yang dijalankan di sejumlah sekolah terus berlangsung meskipun telah...
Anak Empat Tahun Meninggal Akibat Infeksi Cacing, Cacing Ditemukan Hingga Otak
[caption id="attachment_4395" align="aligncenter" width="612"] Sumber: Istock/srisakorn[/caption] Artikel-Ukhuwahnews | Indonesia digemparkan oleh kasus tragis seorang anak perempuan berusia empat tahun asal...
Mandat yang Diingkari
[caption id="attachment_4360" align="aligncenter" width="1041"] Ukhuwahdesain/Rhessyamaris[/caption] Penulis: Rhessyamaris (Pemimpin Redaksi) Editorial-Ukhuwahnews | Kabar duka kembali menghiasi kanal media Indonesia. Setelah diperas...
Minuman Sehat Berkafein: Pilih Matcha atau Kopi?
[caption id="attachment_4276" align="aligncenter" width="1080"] Ukhuwahdesain/Manda Dwi Lestari[/caption] Artikel-Ukhuwahnews | Matcha menjadi salah satu minuman alternatif yang digemari generasi muda selain...

Average Rating