Read Time:52 Second
Sumber : Pngtree/Pinterest

Penulis: Sri Wahyuni

Kapur yang digenggam mulai menipis,
seperti harap yang perlahan terkikis
Tulisan di papan usang penuh debu mimpi,
kutulis janji, meski dunia enggan peduli.

Kami mahasiswa pendidikan,
yang tiap malam berbincang dengan resah,
tentang gaji yang tak sebanding lelah,
tentang pengabdian yang dilihat sebelah mata.

Baca juga: Bayang-Bayang Harapan

Langkah kami bukan langkah pahlawan bersenjata
hanya tapak sederhana di jalan tak bernama
Kata mereka, “jadi guru itu mulia.”
tapi mengapa jalannya penuh luka?

Bangku yang kami duduki sekarang bukan panggung gemilang,
ia ladang luka dan ladang bintang,
di mana tekad berseteru dengan realita,
dan idealisme diuji oleh angka-angka.

Dalam sunyi, kami bersumpah,
jika dunia memaling, kami tetap pasrah,
bukan karena kalah, tapi karena cinta,
yang tak perlu sorak, cukup makna.

Suatu hari, kapur ini akan habis juga,
namun janji di ujungnya tak akan sirna,
sebab meski kami hanya satu butir pasir,
percayalah pasir pun bisa jadi fondasi yang menginspir.

Palembang, 27 April 2025

 

Editor: Annisaa Syafriani

About Post Author

Annisaa Syafriani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Harapan dalam Sebidang Sawah di Tengah Ambisi Industri
Next post Meneladani Semangat Ki Hajar Dewantara untuk Pendidikan yang Lebih Baik