
Artikel-Ukhuwahnews |Program MBG (Makanan Bergizi Gratis) yang dijalankan di sejumlah sekolah terus berlangsung meskipun telah muncul fakta pahit bahwa banyak murid mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan yang disediakan. Kejadian ini menjadi sorotan publik dan memicu pertanyaan terkait keamanan dan pengawasan dalam pelaksanaan program tersebut.
Data Keracunan Meningkat
Menurut laporan Dinas Kesehatan , selama tiga bulan terakhir terdapat peningkatan kasus keracunan makanan di beberapa sekolah yang menjadi peserta program MBG. Dari total 500 murid yang menerima makanan, tercatat sekitar 50 anak mengalami gejala keracunan seperti mual, muntah, diare, dan demam tinggi. Sebagian di antaranya harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Sejumlah Siswa di Jawa Keracunan MBG, Apa yang Salah?
Mengapa Program Tetap Berjalan?
Meski data ini sudah dipegang oleh pihak berwenang, pelaksanaan MBG tetap berjalan. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Dinas Pendidikan dan penyelenggara program antara lain:
1. Kebutuhan Nutrisi Murid: Program MBG dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi murid yang berasal dari keluarga kurang mampu. Penghentian program dinilai dapat menimbulkan masalah kekurangan gizi bagi anak-anak tersebut.
2. Langkah Perbaikan Sedang Dilakukan: Pihak terkait mengklaim sedang melakukan audit dan perbaikan dalam pengadaan makanan serta prosedur distribusi. Pengetatan pengawasan terhadap supplier dan standar kebersihan sedang diimplementasikan.
3. Alternatif Belum Tersedia: Hingga saat ini belum ditemukan solusi pengganti yang setara dengan program MBG dalam hal cakupan dan biaya.
Orang tua murid yang anaknya menjadi korban keracunan menyampaikan keprihatinan mendalam. Mereka menuntut transparansi dan jaminan keamanan makanan yang diberikan. Beberapa kelompok masyarakat juga mengusulkan agar dilakukan evaluasi menyeluruh dan pelibatan pihak ketiga independen untuk mengawasi pelaksanaan program.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa program sosial sekalipun harus selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan anak-anak. Pemerintah dan pelaksana program diharapkan dapat memperbaiki sistem pengawasan agar tragedi keracunan tidak terulang.
- Penulis: Rani Dwi Oktafidiya (Sekertaris Umum LPM Ukhuwah)
Editor: Vivin Noor Azizah
About Post Author
Vivin Noor Azizah
More Stories
Anak Empat Tahun Meninggal Akibat Infeksi Cacing, Cacing Ditemukan Hingga Otak
[caption id="attachment_4395" align="aligncenter" width="612"] Sumber: Istock/srisakorn[/caption] Artikel-Ukhuwahnews | Indonesia digemparkan oleh kasus tragis seorang anak perempuan berusia empat tahun asal...
Mandat yang Diingkari
[caption id="attachment_4360" align="aligncenter" width="1041"] Ukhuwahdesain/Rhessyamaris[/caption] Penulis: Rhessyamaris (Pemimpin Redaksi) Editorial-Ukhuwahnews | Kabar duka kembali menghiasi kanal media Indonesia. Setelah diperas...
Minuman Sehat Berkafein: Pilih Matcha atau Kopi?
[caption id="attachment_4276" align="aligncenter" width="1080"] Ukhuwahdesain/Manda Dwi Lestari[/caption] Artikel-Ukhuwahnews | Matcha menjadi salah satu minuman alternatif yang digemari generasi muda selain...
Lada Mentah Pagar Alam per 80 Ribu, Petani Harap Dukungan
[caption id="attachment_4165" align="aligncenter" width="1620"] Proses penjemuran lada hitam di kelurahan bangun jaya kota pagaralam utara. Sabtu, (16/08/2025) Ukhuwahfoto/Ranidwioktafidiya[/caption] Pagar Alam-Ukhuwahnews...
Janji Tinggal Janji : Apakah Kemiskinan Harus Kita Wariskan Lagi?
[caption id="attachment_4073" align="aligncenter" width="2000"] Sumber/Freepik[/caption] Artikel-Ukhuwahnews | Kemiskinan masih menjadi tantangan terbesar di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)...
Keunikan dan Sejarah Festival Tabot, Tradisi Provinsi Bengkulu
[caption id="attachment_3842" align="aligncenter" width="900"] Antusiasme masyarakat yang turut meramaikan Festival Tabot 2025. Ukhuwahfoto/Vivin Noor Azizah[/caption] Bengkulu-Ukhuwahnews | Kata Tabot sendiri...
Average Rating