Penulis: Sri Wahyuni (Pengurus LPM Ukhuwah)
Di tengah hingar bingar panggung Festival Band and Competition Palembang, nama Forsaken muncul dengan daya tarik yang tak biasa. Diadakan oleh Dinas Pariwisata Kota Palembang, festival ini kembali menjadi ajang bergengsi bagi musisi muda yang berhasrat besar untuk menunjukkan kemampuan mereka.
Dari sekian banyak peserta, Forsaken band yang berisikan enam anggota ini, Band yang lahir dari Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) Mahasiswa Musik Kampus Religi (M-MKR) Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang membuktikan diri dengan meraih juara ketiga, sebuah pencapaian besar yang berhasil mengukir nama mereka dalam kancah musik Palembang.
Nama “Forsaken,” yang berarti “terlupakan” dipilih dengan alasan yang dalam. Pernah ada masa di mana mereka merasa jauh dari kemenangan, terpinggirkan dalam pencapaian. Namun, justru sejak memutuskan untuk menggunakan nama ini, mereka menemukan keberuntungan, bahkan menorehkan kemenangan berturut-turut. Kini, Forsaken telah bertransformasi dari “terlupakan” menjadi band yang diakui dan diperhitungkan.
Salah satu anggota Forsaken, Yuli berasumsi Festival ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga perjalanan emosional dan solidaritas yang membentuk band ini.
“Yang membuat kami beda adalah ikatan dan perjuangan kami. Kami lebih dari sekadar rekan band,” ucapnya dengan rasa tersentuh.
Baca juga: Niat Suci ASN Guru Tunaikan Ibadah Haji
Selanjutnya, bagi dirinya dan forsaken, band ini bukan sekadar wadah bermusik, tetapi keluarga yang terbentuk dari pengalaman jatuh bangun bersama. Setiap proses kreatif mereka dari mencipta lagu, mengevaluasi aransemen, hingga berlatih intensif adalah upaya memperkuat ikatan dan chemistry antar anggota.
“Hubungan antar anggota adalah dasar sebelum bermusik. Itu yang paling penting,” tambahnya saat diwawancarai melalui whatsapp (29/10/2024) lalu.
Bagi Forsaken, batasan genre dalam musik hanyalah sebuah ilusi. Band yang terdiri dari mahasiswa UIN RF ini dengan leluasa menjelajahi berbagai jenis musik, memadukan berbagai elemen untuk menciptakan suara yang segar dan menarik. Meskipun mereka sering kembali ke nuansa metal dan rock sebagai pilihan utama, eksplorasi tanpa henti ini membentuk karakter musik yang unik dan orisinal.
Inspirasi utama Forsaken datang dari progressive metal, yang terlihat jelas dalam aransemen mereka yang unik. Salah satu contoh paling menonjol adalah penggarapan lagu-lagu tradisional Palembang seperti “Ya Saman” dan “Gebyar Gebyar.”
Dengan sentuhan khas Forsaken, lagu-lagu ini dihadirkan kembali dengan nuansa modern yang tetap menghargai akar budaya yang kaya, menciptakan pengalaman mendengarkan yang baru dan menarik.
Kisah Forsaken bukan hanya sekadar perjalanan musikal; ini adalah kisah tentang persahabatan, keberanian, dan tekad untuk mencapai mimpi bersama. Di atas panggung, mereka lebih dari sekadar band mereka adalah sekelompok sahabat yang saling mendukung, menginspirasi, dan berbagi momen berharga, baik di dalam maupun di luar pertunjukan.
Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, Forsaken telah membuktikan bahwa kerja keras dan kebersamaan bisa menjadi pondasi bagi prestasi yang gemilang. Setiap penampilan mereka adalah perwujudan dari perjalanan yang penuh warna, di mana musik menjadi jembatan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman hidup.
Di tengah alunan nada yang menggema, Forsaken mengajak penonton untuk merasakan kekuatan persahabatan dan dedikasi yang menjadikan mereka lebih dari sekadar band mereka adalah keluarga.
About Post Author
Marshanda
More Stories
Dari Balik Layar Gebyar PIAUD 2025 : Kisah Guru TK yang Mengantar Mimpi Kecil Murid-Muridnya
[caption id="attachment_4986" align="aligncenter" width="1280"] Potret Aulia Hanum menjadi peserta lomba mewarnai Gebyar PIAUD 2025 di gedung Academic Center UIN Raden...
Dari Jaring ke Cangkul: Perjalanan Hidup Nelayan yang Beralih Menjadi Petani
[caption id="attachment_4965" align="aligncenter" width="2560"] Dretan rumah beratap merah berjajar di tepi aliran sungai, Dikelilingi sawah hijau di Kabupaten Penukal Abab...
Kisah Dua Perempuan Perjuangkan, Warisan Tari Setambul Due
[caption id="attachment_4954" align="aligncenter" width="2560"] Sumber/Freepik[/caption] Penulis: Dea Aprilia (Pengurus LPM Ukhuwah) PALI-Ukhuwahnews | Tepat di tengah hari, aku mendatangi kediaman...
Sedupi Menangis di Balik Tarian: Siapa yang Akan Menari Setelah Kami?
[caption id="attachment_4883" align="aligncenter" width="1600"] Tiga Maestro penari Tari Si Burung Putih dan kain songket khas Palembang. Minggu, (16/112025) Ukhuwahfoto/Jimas Muamar[/caption]...
Hidup Petani di Sekitar PLTU Kian Terpuruk
[caption id="attachment_4846" align="aligncenter" width="1600"] Lahan petani yang berdekatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Keban Agung. Minggu (19/10/2025). Ukhuwahfoto/ Marshanda[/caption] Lahat...
Tingkatkan Daya Baca lewat Review Buku Bersama
[caption id="attachment_4647" align="aligncenter" width="1020"] Dok/LPM Ukhuwah[/caption] UIN RF-Ukhuwahnews | Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah mengadakan acara review buku di sekretariat...


Average Rating