Read Time:2 Minute, 12 Second
Sumber/Tegar.Id

Penulis: Annisa Meidiani

Resensi – UKhuwahnews | Film berjudul Sang Prawira diangkat dari novel bergenre drama merupakan karya Onet Adithia. Novel yang diangkat menjadi film ini pertama kali diterbitkan tahun 2019.

Film Sang Prawira dibintangi hampir seluruhnya oleh pejabat negara diantaranya Inspektur Polisi Dua (Ipda) Aditia ACP, Ipda Dimas Adit S, Ipda M. Fauzan Yonanndi, Tito Karnavian, Luhut Binsar Pandjaitan, Yassonna H. Laoly, Ganjar Pranowo, Irjen Dr. Eko Indra H S, Irjen Agus A, Herman Hadi Basuki, dan Mayjend. M. Sabrar F., juga dibintangi oleh aktris Anggika Bolsterli yang bereperan sebagai Nauli.

Film ini menceritakan tentang seorang ayah bernama Horas yang diperankan oleh Ipda Dimas Adit S yang menginginkan anaknya menjadi orang kaya.

Baca juga: Resensi: Pet Sematary, Misteri Makam Hewan Peliharaan

Horas merupakan seorang pemuda yang lahir di sebuah kampung di tepian Danau Toba. Keadaan keluarga yang tergolong kekurangan membuat ayahnya mengharapkan Horas menjadi pengusaha, agar bisa mengangkat status ekonomi keluarganya.

Sayangnya, Horas berpikir lain, dia ingin menjadi seorang polisi. Pengabdian kepada negara lebih penting dari urusan pribadi, mungkin itu yang terpikirkan oleh Horas. Tentu jalan menjadi lebih berat untuk menggapai cita-cita. Tapi tetap saja, Horas berjuang untuk meraihnya.

Keadaan ini semakin sulit saat Horas juga harus mengurus kisah cintanya dengan Nauli yang diperankan oleh Anggika Bolsterli, menjadikan kisah cinta yang romantis namun sangat rumit.

Namun, tekad Horas tetap tinggi. Ia tetap berniat menjadi seorang polisi demi mengejar mimpinya tersebut. Horas juga harus menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya.

Kokohnya keinginan Horas kemudian membuat jalannya menjadi polisi mulai terbuka. Jauh dari Toba, Horas ditempatkan di Jakarta Utara. Tanpa langsung banyak basa-basi, Horas harus berhadapan dengan teror penculikan anak-anak yang sering terjadi.

Setelah rentetan persoalan di Ibu Kota, akhirnya Horas pun pulang ke kampung halaman dikarenakan berita duka yang di mana ibu Horas meninggal dunia. Selain itu, Horas juga menemui Nauli yang akan menikah dengan Gomgom.

Film ini memiliki kelebihan dalam nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan di anataranya adalah nilai semangat dan kesungguhan dalam menggapai cita-cita, serta nilai-nilai Self love atau mencintai diri sendiri.

Ada kelebihan juga ada kekurangan, beberapa adegan terasa terlalu dramatis dan kurang natural, hal ini membuat beberapa momen kehilangan kesan realistisnya.

Selain itu, akting sebagian pemain pendukung masih terasa kaku dan kurang meyakinkan, ini bisa dikarenakan pemeran bukan merupakan insan yang memang berkecimpung dalam dunia akting. Ditambah lagi, alur cerita film ini kadang terlalu cepat melompat dari satu konflik ke konflik lainnya.

Secara keseluruhan, film ini layak untuk ditonton terutama dalam upaya penumbuhan rasa semangat dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita, terkhusus untuk anak-anak dengan dampingan orang tua.

Editor: Annisaa Syafriani

About Post Author

Annisaa Syafriani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Situs Candi Peninggalan Hindu di Desa Lubuk Pauh, Musi Rawas
Next post Menulis Sebagai Metode Efektif Mengenal Potensi Diri