Read Time:2 Minute, 14 Second

Opini – Ukhuwahnews | Palembang, kota tertua di Indonesia, memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Sebagai ibu kota Sumatera Selatan dan bekas pusat Kerajaan Sriwijaya, Palembang tidak hanya menyimpan sejarah panjang, tetapi juga tradisi yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Namun, di tengah derasnya arus modernisasi, bagaimana identitas budaya ini dapat bertahan dan berkembang?

Salah satu warisan budaya yang paling menonjol dari Palembang adalah kulinernya. Pempek, tekwan, dan pindang tidak sekadar makanan, tetapi juga simbol keakraban dan kebersamaan.

Dilansir dari Gastronomy Journal Indonesia, pempek yang berbahan dasar ikan dan sagu merupakan hasil adaptasi masyarakat Palembang terhadap kekayaan sumber daya alam Sungai Musi. Setiap gigitan pempek menyimpan cerita tentang bagaimana leluhur memanfaatkan hasil sungai untuk menciptakan makanan khas yang kini mendunia.

Namun, tantangan tetap ada. Modernisasi dan globalisasi membawa banyak pilihan makanan cepat saji yang perlahan menggeser kuliner tradisional dari kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama generasi muda.

Kain songket Palembang adalah identitas lain yang menjadi kebanggaan. Dengan motif yang sarat filosofi, kain ini merepresentasikan kehalusan budaya Melayu. songket Palembang disebut sebagai salah satu karya seni tekstil terbaik di Asia Tenggara.

Baca juga:LPM Ukhuwah Gelar Pameran Tahunan dengan Tema Berbeda

Sayangnya, minat terhadap songket mulai berkurang di era modern. Banyak generasi muda lebih memilih pakaian yang lebih praktis dan mengikuti tren global. Bahkan, banyak pengrajin songket yang mulai meninggalkan profesi ini karena kurangnya permintaan.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Palembang tidak sepenuhnya kehilangan jati dirinya. Kota ini berhasil mengintegrasikan tradisi dan modernitas melalui berbagai kegiatan budaya. Festival musik, pameran seni, dan parade budaya yang diadakan oleh komunitas seni lokal menjadi wadah untuk mengenalkan budaya Palembang dengan cara yang lebih segar dan relevan.

Salah satu contoh keberhasilan ini adalah Festival Sriwijaya, yang rutin digelar untuk mempromosikan seni dan budaya Palembang. Festival ini memadukan seni tradisional, seperti tari Gending Sriwijaya, dengan sentuhan kontemporer, sehingga menarik minat generasi muda tanpa mengurangi esensi budaya lokal.

Tantangan utama yang dihadapi Palembang adalah menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan adaptasi terhadap perubahan zaman. Pemerintah, komunitas budaya, dan masyarakat memiliki peran besar dalam hal ini. Investasi dalam pendidikan budaya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis tradisi, serta promosi pariwisata berbasis budaya lokal adalah langkah-langkah penting yang harus diambil.

Budaya Palembang adalah cermin jati diri masyarakatnya. Dari Jembatan Ampera hingga Sungai Musi, jejak sejarah dan tradisi menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Namun, melestarikan identitas ini membutuhkan kerja sama dan komitmen semua pihak.

Palembang bukan hanya kota sejarah, tetapi juga kota yang dapat menginspirasi Indonesia dan dunia dengan keberhasilannya merangkul modernitas tanpa kehilangan akar budayanya. Mari kita rawat, lestarikan, dan kembangkan budaya Palembang agar tetap hidup dan relevan untuk generasi mendatang.

Penulis: Bagus Salsabila (Mahasiswa Ilmu Komunikasi)

Editor: Imelda Melanie Agustin

 

About Post Author

Marshanda

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post LPM Ukhuwah Gelar Pameran Tahunan dengan Tema Berbeda
Next post Artis Talk, Kupas Habis Makna Setiap Karya di Ukhuwah Exhibition Fest 2024